Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Resensi Buku

Menimba Inspirasi dari Thomas Alva Edison

KETIKA melihat lampu bersinar di malam hari, kita barangkali tidak lagi mengingat siapa penemunya.

Editor: rustam aji
zoom-inlihat foto Menimba Inspirasi dari Thomas Alva Edison
bukumugratisongkir.blogspot.com

Oleh Hendra Sugiantoro *)

Judul Buku : Thomas Alva Edison Saja Juga Pernah Gagal
Penulis : Wahyu Indra Permana
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : I, 2015
Tebal : 228 halaman
ISBN : 978-602-255-818-7

KETIKA melihat lampu bersinar di malam hari, kita barangkali tidak lagi mengingat siapa penemunya. Namun, bayangkan apabila tak ada bola lampu. Meski masih terang dengan penyalaan tradisional namun takkan seterang lampu pijar. Buku ini menyajikan jejak hidup Thomas Alva Edison (1847- 1931) sekaligus menggali inspirasi dari sosoknya.

Ketika menemukan lampu listrik, Thomas berusia 32 tahun. Usia yang terhitung sangat muda bagi suatu penemuan menakjubkan. Sepanjang hayatnya, ia tak hanya menciptakan lampu tetapi juga lebih dari seribu temuan yang dipatenkan atas namanya. Bahkan, ia seorang pengusaha sukses dengan mendirikan perusahaan General Electric yang cukup besar di Amerika Serikat.

Salah satu penyebab sosoknya dikagumi adalah kegeniusannya. Namun, tahukah bahwa Thomas kecil hanya sebentar menempuh pendidikan di sekolah? Thomas dipandang guru-gurunya seperti orang bodoh dan linglung. Gurunya seringkali kehilangan kesabaran dalam mendidiknya (hlm. 24). Boleh jadi, pada masa itu, gurunya belum memiliki landasan teori pendidikan bahwa setiap individu itu unik. Thomas kecil, dilihat dari paradigma orang dewasa, memang terlihat konyol. Namun, yang dilakukannya di masa kanak-kanak terbilang luar biasa. Rasa ingin tahunya besar dan suka melakukan berbagai percobaan.

Sebut misalnya, saat ia bereksperimen membuat minuman dari cacing dan diberikan kepada temannya. Ia berharap temannya itu bisa terbang. Pemikiran itu didapatkan ketika ia melihat burung terbang setelah memakan cacing (hlm. 16-17). Pernah suatu ketika, Thomas melihat induk ayam duduk di atas telur-telurnya. Ibunya menjelaskan bahwa induk ayam tengah mengerami telur agar menetas dan mengeluarkan ayam-ayam kecil.

Beberapa hari kemudian, Thomas menggegerkan keluarganya karena disangka hilang. Setelah dicari di mana-mana, ia ternyata di dalam kandang ayam duduk bersila di atas setumpuk jerami tempat ayam bertelur. Ia memangku beberapa telur ayam. Ketika ditanya, Thomas menjawab bahwa ia sedang mengerami telur (hlm. 18-21). Bagi sebagian kita, tingkah laku Thomas itu aneh. Ibunya, Nancy Elliot, justru menganggap anaknya memiliki kecerdasan mengagumkan jika diarahkan secara benar. Thomas pun dibimbing sang ibu dengan melanjutkan pendidikan di rumah.

Sang ibu mengetahui, Thomas gemar membaca. Kalau belajar inginnya tuntas. Hal inilah yang sulit didapatkan di sekolah. Nancy pun memberikan buku-buku ilmiah bertema filsafat, fisika, sejarah, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya. Thomas benar-benar menikmati. Seluruh penjuru rumah, termasuk kamar tidurnya, dijadikan tempat percobaan. Banyak benda yang dijadikannya alat percobaan. Untung, di rumah itu ada ruang bawah tanah. Karena terkesan berantakan, sang ibu memintanya memindahkan semua alat belajar dan percobaan ke ruang bawah tanah (hlm. 27-29).

Terkait peran sang ibu, bahasan dan analisisnya tersaji pada bagian ketiga buku ini dengan tajuk Trik Mendidik Anak Genius ala Thomas Alva Edison. Nancy memang seorang ibu yang bisa dikatakan memahami perkembangan psikologis dan cara mendidik anak. Bagian pertama buku ini bertajuk Mengenal Lebih Dekat Sang Genius Thomas Alva Edison dan bagian kedua bertajuk Cara Belajar Genius Thomas Alva Edison. Soal kegeniusan, Thomas pernah berujar, “Kegeniusan adalah hasil dari satu persen inspirasi dan sembilan puluh persen keringat.”

Ucapan itu menegaskan bahwa menjadi orang genius harus bersedia bekerja keras guna mewujudkan inspirasi. Thomas memiliki kesungguhan belajar. Ketika belajar, pikiran, tubuh, dan pancainderanya sangat fokus (hlm. 94-95). Ia memiliki pola berpikir kreatif. “Aku mencari tahu apa yang dibutuhkan dunia. Lalu, aku melangkah ke depan dan mencoba menciptakannya,” ujarnya (hlm. 103). Ia menuliskan berbagai ide dan inspirasi yang melintas dalam pikirannya, serta membuat sketsa atas segala hal yang dikerjakan. Tercatat, ide-idenya dituangkan ke dalam empat ribu buku catatan. Ada sekitar tiga juta lebih surat, catatan, dan sketsa telah dibuatnya. Ia selalu membawa pulpen dan buku catatan kecil di mana pun berada (hlm. 107).

Thomas menikmati belajar ilmu pengetahuan sampai ke akar-akarnya. Dalam melakukan penelitian dan percobaan, ia selalu melibatkan orang-orang lain sebagai tim sukses yang membantunya merealisasikan ide. Selain itu, ia menjalin persahabatan yang produktif dalam belajar dan berkarya agar waktunya tidak terbuang percuma (hlm. 144). Hasilnya tampak di kemudian hari di mana ia termasuk salah satu ilmuwan dan penemu besar yang bermanfaat bagi dunia.

Berbagai hal positif yang dilakukan Thomas Alva Edison dijelaskan buku ini sedemikian rupa. Pembaca pun mendapatkan spirit, inspirasi, dan pelajaran berharga agar tidak kenal lelah untuk belajar, bekerja, dan berkarya. Selamat membaca.

*) Pembaca dan pemerhati buku, tinggal di Yogyakarta

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved