Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Feature

Asa Baru Perkembangan Musik Karawitan di Kudus

Siswa dan siswi menabuh alat musik antara lain saron, bonang barong, bonang penerus, kendang, gemong, ketuk kempyang, slentem, kenong, kempul dan gong

Siswa SD kelas 4-6 Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kudus menabuh gamelan di satu ruangan SD tersebut, Sabtu (27/6/2015). Mereka berlatih karawitan untuk menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) sekaligus mengisi liburan sekolah. 

KUDUS, TRIBUNJATENG.COM -- Lantunan tembang-tembang Jawa beserta tabuhan gamelan yang merupakan alat musik asli Jawa Tengah bergema di satu ruangan di SDN 3 Undaan Lor Kecamatan Undaan Kudus, Sabtu (27/6).

Belasan bocah memakai busana khas Muslim duduk di keramik beralaskan semacam tikar. Tepat di depan mereka ada alat musik. Kebanyakan dari alat musik dibunyikan dengan cara dipukul dengan alat pemukul dan tangan.

Mereka merupakan siswa dan siswi SDN 3 Undaan Lor. Beberapa siswi yang berada di barisan depan tidak menabuh alat musik. Mereka menyanyikan tembang.

"Siswa dan siswi menabuh alat musik antara lain saron, bonang barong, bonang penerus, kendang, gemong, ketuk kempyang, slentem, kenong, kempul dan gong. Meskipun mereka masih kecil, mereka sangat antusias," kata seorang pelatih seni karawitan, Fandelan (63).

Dengan sebilah kayu sembari menunjuk not atau tanda ketuk di papan tulis hitam, Fandelan memberikan aba-aba kepada anak didiknya itu. Pelatih seni karawitan dari Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kudus itu sudah memakan banyak asam garam di seni karawitan.

40 tahun sudah dia belajar kesenian yang banyak disukai oleh orang tua itu. Seakan tidak memandang umur anak didiknya. Dan demi terbitnya generasi pecinta seni karawitan, dia mau mengajari dengan sabar siswa siswi SD itu.
Lagu-lagu Jawa, misalnya, Gambang Suling dan lagu religi dibawakan dengan semangat. Tepukan tangan juga diinstruksikan untuk memberikan sentuhan semangat pada satu lagu.

"Mereka sudah lihai bermain, meskipun masih dasar. Hanya dalam tiga bulan, 12 kali berlatih mereka sudah dapat mengikuti instruksi saya," imbuh pria paruh baya yang juga melatih seni karawitan di beberapa sekolah di Kudus itu.

Dalam Ramadan ini, mereka berlatih untuk menunggu waktu berbuka puasa sekaligus mengisi liburan sekolah. Fandelan mengaku memang sulit mencari generasi pecinta karawitan. Tidak semuanya mau. Apalagi bisa.

Masalah terbesarnya, kata dia, pengaruh dari musik zaman sekarang. Arus musik bergenre dangdut, pop, rock, melayu, yang sangat besar dan diperdengarkan di berbagai media menjadi halangan utama.

Anak-anak lebih suka mendengar lagu-lagu tren. Karena saking seringnya muncul di TV, radio, dan pemutar musik serta media lainnya.

"Tapi saya beruntung. Masih punya anak-anak SD yang mau mendalami seni karawitan. Awalnya mereka tidak mau menabuh gamelan. Mereka maunya gitar atau drum. Pengaruh budaya lain," ucapnya.

Namun, setelah anak-anak diperkenalkan dengan musik daerah itu, mereka suka. Bahkan lebih dari itu, mereka bercita-cita menjadi penabuh gamelan.

Seperti yang diungkapkan Zaenal Arifin. Bocah sebelas tahun ini mengaku suka menabuh gamelan.

"Suka. Ingin berlatih terus sampai bisa. Sampai besar nanti," kata siswa kelas 4 SD itu.

Halangan lain untuk memerkenalkan seni karawita kepada anak-anak adalah orang tua. Ada orang tua yang fanatik dengan nilai-nilai agama dan menanggap gamelan bukan seni religius.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved