Mutiara Ramadan
Sabar dari Amarah
Sebaliknya apabila kita tidak bisa bersabar lebih baik dihindari dahulu agar kita tidak tergelincir pada hilangnya pahala puasa kita karena marah

Pertanyaan:
Assalamualaikum Tribun, saya mempunyai teman. Sifat teman saya sangat sensitif (mudah tersinggung dan mudah marah) terhadap orang-orang sekitarnya dan sensitif juga terhadap saya. Saat di bulan puasa ini, sikap sensitifnya itu tidak bisa dia jaga. Lalu apakah puasa teman saya batal atau pahalanya dikurangi?. Trimakasih Tribun
628984274143
Jawab:
Waalaikumsalam,
Pembaca yang budiman, berpuasa sebenarnya memang mencakup dua aktivitas utama, yaitu dhahir (syariat/fiqh) dan bathin (akhlak). Kesempurnaan puasa apabila kedua hal tersebut menyatu dalam aktivitas puasa kita, sehingga kita akan memperoleh keutamaan berpuasa sebagaimana dijanjikan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad.
Menahan makan, minum, jima, dan segala hal yang membatalkan puasa selama berpuasa merupakan amaliyah dhohir (syariat), sedangkan menahan amarah, perkataan tidak terpuji, perbuatan zalim, menggunjing, dan sombong merupakan amaliah batin (akhlak).
Jika ketentuan syariah berimbas kepada batalnya puasa, sedangkan ketentuan akhlak berimbas pada berkurangnya pahala, bahkan menghilangkan pahala puasa, sekalipun tetap sah puasanya.
Ada sebuah hadis shahih diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Muhammad Saw pernah bersabda “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan jelek dan (bahkan) melakukannya, maka tidak ada hajat bagi Allah SWT menolak makan dan minumnya” (HR. Bukhari/1804).
Hadis ini memberikan petunjuk agar kita juga perlu berhati-hati terhadap bahaya hilangnya pahala puasa karena sebab perkataan jelek, perbuatan zalim, hasud, iri dan dengki, termasuk marah saat berpuasa.
Perbuatan-perbuatan tersebut menjadikan kita hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga sepanjang berpuasa, sementara pahala dari ibadah tersebut tidak kita peroleh.
Sehingga apabila memiliki teman yang sangat sensitif (mudah marah), apabila kita bisa bersabar akan dapat menambah pahala kita.
Sebaliknya apabila kita tidak bisa bersabar lebih baik dihindari dahulu agar kita tidak tergelincir pada hilangnya pahala puasa kita karena marah yang sama kita lakukan.
Jika terjadi percekcokan atau pertengkaran, cukuplah kita mengalah dan mengakatan “Saya sedang berpuasa” sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw.
Wallahu a”lam.
KH Abu Choir
Pengasuh PP Darur Ridhwan Al Fadholi Pati
Anggota Departemen Ekonomi RMI NU Jateng