Dandim Brebes : Stop Tawuran Antardesa Cikeusal Lor dan Kidul!
Tawuran antar pemuda Desa Cikeusal Lor dan Cikeusal Kidul setiap memasuki hari raya Idhul Fitri jangan sampai menjadi tradisi yang berkepanjangan.
Penulis: fajar eko nugroho | Editor: rustam aji
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Fajar Eko Nugroho
TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Tawuran antar pemuda Desa Cikeusal Lor dan Cikeusal Kidul setiap memasuki hari raya Idhul Fitri jangan sampai menjadi tradisi yang berkepanjangan.
Pasalnya, apapun yang mereka lakukan hanyalah merugikan semua pihak bahkan menjadikan kedua desa tersebut tidak akan pernah maju.
"Stop Tawuran, Kita perlu kesadaran dan kesabaran bersama menemukan simpul-simpul persatuan dan kesatuan, demi kemajuan desa Cikeusal lor maupun Cikeusal Kidul,"ujar Dandim 0713/Brebes Letkol Inf Efdal Nazra kemarin.
Menurut dia, perseteruan tidak ada untungnya sama sekali bahkan pasti buntung. Karena yang kalah jadi abu, yang menang jadi arang.
Dia menceritakan, dengan perseteruan akan terjadi kerusakan di mana-mana, seperti peristiwa Ambon.
Ketika dirinya mendapat tugas di Ambon, awalnya ambon terkenal dengan keelokannya yang Amboina. Tetapi ketika terjadi perseteruan antara Islam dan Kristen di sana, kota Ambon luluh lantak dan perlu perbaikan yang sangat lama dan menelan dana yang tidak sedikit.
“Jangan sampai peristiwa Ambon menimpa Cikeusal hanya karena kesalahpahaman dan di adu domba oleh pihak lain,†jelasnya.
Indonesia terjajah karena politik devide et impera atau politik adu domba, pecah belah. Maka warga Cikeusal Lor maupun Cikeusal Kidul harus mewaspadai adanya politik tersebut.
Sebagai warga yang baik, haruslah menjunjung pesan sesepuh Cikeusal dahulu yang didengungkan sejak abad 16 yakni mengutamakan sadayana sama-sama pahit, sadayana sama-sama manis.
"Semangat kebersamaan dalam menjalani kehidupan yang pahit maupun manis untuk membangun Cikeusal,"ungkapnya.
Masalah egoisme, masalah-masalah yang tidak prinsip janganlah dibesar-besarkan. Kita perlu menahan hawa nafsu angkara murka, apalagi sudah dilatih selama bulan suci Ramadhan. Perkuat ukhuwah Islamiyah, saling bertegur sapa, jalin silaturahmi, meningkatkan kepedulian diantara sesame. Adalah modal yang kuat untuk kokohnya persatuan dan kesatuan daerah sebagai pondasi membangun daerah kita sendiri.
Namun untuk mewujudkannya, harus didahului dari keluarga, karena keluarga merupakan tempat pendidikan 24 jam.
"Dengan bangsa lain saja kita harus menjalin hubungan baik, apalagi dengan saudara-saudara kita sekampung," paparnya.(*)