Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Muktamar NU

Gus Mus Sempat Menghilang

Ruang Swagata Pemkab Jombang, Rabu (5/8) sore langsung sibuk. Sejumlah orang tampak hilir mudik.

Gus Mus 

JOMBANG, TRIBUNJATENG.COM -- Ruang Swagata Pemkab Jombang, Rabu (5/8) sore langsung sibuk. Sejumlah orang tampak hilir mudik. "Cepat keluar, ruangan sebentar lagi steril," ujar seorang penjaga.

Beberapa saat kemudian, dari arah barat yang menjadi arena utama Muktamar NU ke-33, datang rombongan para Kiai. Mereka adalah sembilan Kiai Ahlul halli wal aqdi (Ahwa) yang akan melakukan musyawarah di gedung Swagata.

Sejurus kemudian, satu persatu masuk. Mulai KH Maemun Zubair, KH Nawawi Abd Jalil, KH Ma’ruf Amin, KH Tuan guru Turmudzi Badrudin, dan KH Mas Subadar.

Kemudian KH Dimyati Rois, KH Maktum Hanan, KH Syah Ali Akbar Marbun, dan KH Kholilurrahman.

Para Kiai Sepuh itu langsung menjalankan tugasnya. Memilih dan menentukan siapa Rais Aam PBNU periode 2015-2020.

Itu wajar, karena waktu yang dimiliki cukup singkat. Hanya sekitar tiga jam. Setelah itu, pukul 20.00, hasil musyawarah siapa Rais Aam terpilih harus diumumkan ke muktamirin dalam Sidang Pleno IV, yang dipimpin Sekretaris PWNU Jatim Prof Muzakki.

"Musyawarah para Kiai Ahwa sangat tertutup. Tak ada yang boleh masuk, termasuk khadam (ajudan) para Kiai," kata salah satu sumber Tribun.

Sistem Ahwa dalam menentukan Rais Aam merupakan hasil keputusan voting forum Rais Syuriah yang digelar di Ponpes Denanyar. Ini dilakukan, setelah terjadi deadlock antara mereka yang pro dengan kontra Ahwa.

Usai Rais Aam terpilih, pleno langsung dilanjutkan dengan pemilihan Ketua Umum Tanfidziah PBNU.

"Insha Allah proses rampung hari ini, semoga Kamis dini hari sudah selesai," ujar Ketua Panitia Daerah Muktamar NU ke-33, Saifullah Yusuf.

Sementara itu, menjelang dilakukannya pemilihan Rais Aam, KH Musthofa Bisri (Gus Mus) seperti menghilang ditelan bumi. Rais Aam demisioner ini tak kelihatan di sekitar arena muktamar.

Bahkan usai dirinya ditetapkan sebagai Rais Aam oleh Kiai Ahwa sembilan pada Rabu malam pukul 21.05, Gus Mus belum juga menampakkan diri.

Hingga dimulainya proses pemilihan Ketua Umum Tanfidziah PBNU pada pukul 22.40, dia tak kelihatan di arena Muktamar. Yang tampak hanya Wakil Rais Aam yang baru KH Makruf Amin dan sejumlah Kiai Sepuh NU lainnya.

Kondisi tersebut membuat munculnya beberapa spekulasi di kalangan Rais Syuriah maupun Tanfidziah. Apakah Gus Mus mau kembali menjadi Rais Aam, atau memilih mundur.

"Demi Jamiyah ini (NU), semoga beliau tetap mau memimpin Rais Aam lagi untuk lima tahun ke depan," harap Ketua Tanfidziah PCNU Bontang, Agus Ikhwan Mahmudi.

Sebenarnya, keberadan Gus Mus sudah menjadi teka-teki sejak Selasa (4/8). Ketika sidang Rais Syuriah untuk memutuskan pasal 19 tata tertib tentang Ahwa digelar di Ponpes Denanyar.

Informasi yang dihimpun dari sekeliling Pengasuh Ponpes Raudhatut Thalibin Rembang ini, sejak pagi hingga malam hari, banyak tokoh penting dan pejabat NU yang ingin ketemu Gus Mus di masa injury time. "Tapi Beliau tidak kerso (mau menerima)," katanya.

Hingga Selasa tengah malam, upaya menemui Gus Mus tetap gagal.

Namun pada Rabu pagi, informasinya terjadi pertemuan antara Gus Mus dengan KH Hasyim Muzadi. Dua calon Rais Aam ini bertemu di suatu tempat yang dirahasiakan.

"Tapi pertemuan kedua beliaunya masih di wilayah Jombang," tegas sumber Tribun, seraya menunjukkan foto pertemuan Gus Mus dengan Kiai Hasyim.

Di foto itu, keduanya memakai baju putih dan terlihat berbicara gayeng.

Tapi dia mengaku tidak mengetahui pasti apa yang dibicarakan. "Dugaan saya tentang NU ke depan dan Rais Aam," imbuhnya.

Pertemuan Gus Mus dengan Kiai Hasyim terasa istimewa. Di saat pihak luar terkesan mempertentangkannya berharap-hadapan, karena sama-sama calon Rais Aam, keduanya malah ketemu.

"Itulah NU, semua pasti ada jalan dan solusinya," imbuh sumber ini.

Hal senada dikatakan Ahli NU asal Belanda Martin van Bruinessen. Menurutnya, NU selalu bisa mencari jalan keluar atas semua permasalahan yang dihadapi. Termasuk dalam menyikapi dinamika yang terjadi selama penyelenggaran Muktamar ke-33 di Jombang.

"Biasanya selalu jalan keluar yang bisa diterima oleh semua pihak. Inilah salah satu yang khas dari NU," ujar Martin, kepada Tribun, di arena sidang pleno.

Hal senada disampaikan Syuriah PBNU KH Ishomudin. Dia mengaku habis dipanggil Gus Mus untuk menyampaikan hal prinsip tentang gelaran Muktamar NU yang tidak dipahami oleh orang di luar NU.

"Muktamar yang awalnya mirip gegeran (berkelahi) pada akhirnya akan terjadi ger-geran (tertawaan)," tegasnya, menirukan apa yang disampaikan Gus Mus kepadanya. (Uji/Mujib Anwar)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved