Nilai Tukar Rupiah Anjlok
Mayang Kawatir Produsen Lokal Kalah Bersaing
Para konsumen nasional mengaku senang dengan penurunan nilai tukar yuan ini, sebab harga produk-produk asal Tiongkok menjadi makin lebih murah
Penulis: hermawan Endra | Editor: rustam aji
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Hermawan Endra Wijonarko
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Devaluasi atau penurunan nilai mata uang yuan yang sangaja dilakukan oleh People's Bank of China membuat barang-barang impor dari Negeri Tirai Bambu bakal lebih murah di pasar ekspor.
Para konsumen nasional mengaku senang dengan penurunan nilai tukar yuan ini, sebab harga produk-produk asal Tiongkok menjadi makin lebih murah saat dijual di Indonesia.
"Ya sebenernya saya seneng-seneng aja ya kalau misalnya barang Cina bakal dimurahin. Seneng banget malah, karena sekarang kan apa-apa mahal ya," ujar Christine Wowiling, seorang warga Jatingaleh Semarang, Senin (31/8).
Wanita yang memiliki toko online www.allegrardelia.com ini mengaku gemar membeli produk-produk impor asal Tiongkok, seperti tas, sepatu, dan pakain. Hal yang membuatnya terpikat dengan produk impor lantaran harganya yang lebih murah.
Menurutnya, dengan penurunan nilai mata uang yuan bakal membuat harga-harga produk Tiongkok yang dikenal murah, bakal semakin tambah murah. Kondisi tersebut dikawatirkannya bakal membuat produsen dalam negeri kalah bersaing.
"Tapi menurutku ngak boleh terlena dengan barang impor Cina yang murah. Karena harus inget kalau negara ini lagi masa krisis. Jadi mending kalau bisa lebih support barang lokal yang kualitasnya ngak lebih jelek dari produk cina," kata Christine.
Hal serupa dikatakan Mayang Charisma, dirinya mengaku, meski sebagai konsumen merasa diuntungkan dengan harga produk yang lebih murah. Namun, di sisi lain wanita yang bekerja sebagai PNS di PDAM Tirta Moedal Semarang itu merasa kasihan dengan produsen lokal.
Sebab, dengan begitu serangan produk Tiongkok yang banting harga lebih murah dikawatirkan membuat daya saing industri dalam negeri bakal tergerus. "Yaaaaah, pasar barang lokal makin lesu dong. Aku kan cinta produk-produk lokal," kata Mayang, sapaan akrabnya, Senin (31/8).
Menurut Mayang, penurunan harga produk impor Cina mulai ia rasakan sejak dua pekan lalu. Selain harga yang turun, produk impor Tiongkok dinilainya makin banyak dan inovatif. "Karena makin murah, jumlahnya juga tambah banyak dan inovatif justru bikin saya kadang ngak sadar bahwa jadi lupa sama batik-batik lokal," ujarnya.
Pengamat ekonomi Universitas Dipenogoro, Firmansyah, mengatakan, Devaluasi atau penurunan nilai mata uang yuan bakal membuat harga produk dari Tiongkok yang dijual di Indonesia makin lebih murah.
"Selama ini aja produk Cina sudah murah, apalagi dia devaluasi bakal tambah murah," ungkap Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Dipenogoro Semarang, Senin (31/8/2015).
Menurut Firmansyah, cara yang bisa dilakukan produsen lokal agar mampu bersaing tidak hanya meningkatkan kualitas, namun juga kreatifitas produk.
"Keunikan itu penting, lihat saja barang-barang Cina yang masuk seperti mainan anak itu kan bukan kebutuhan, yaa kita harus bisa kreatif sekreatif mereka menciptakan kayak gitu, jika tidak ya bisa kalah kita," tuturnya.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Jateng, Joko Sutrisno, mengungkapkan bahwa kunci utama agar tidak tergerus dampak pelemahan yuan adalah meningkatkan rasa cinta produk dalam negeri. "Intinya masyarakat harus banyak membeli produk dalam negeri. Intinya itu saja, walaupun impor datang dengan harga murah, kan tetap ngak laku dia," ujarnya. (*)