Menelusuri Penemuan Fosil Tanduk kerbau Raksasa di Grobogan
Nenek moyang kami bercerita, dahulu desa ini adalah tempat Aji Saka melawan kekuasaan Prabu Dewata Cengkar. Sayangnya, emas dan perhiasan
Penulis: puthut dwi putranto | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM -- Warga Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, menemukan fosil yang menyerupai kepala kerbau berukuran raksasa. Fosil itu berukuran tiga kali lipat lebih besar jika dibandingkan ukuran kepala kerbau pada umumnya.
Penemu fosil, Budi Setyo Utomo (35) menuturkan, dirinya menemukan fosil tersebut saat mencari ikan di Sungai Lusi, tak jauh dari rumahnya, beberapa waktu yang lalu.

Saat itu, kata Budi, dia yang sedang berenang di tengah aliran sungai tak sengaja menginjak benda keras. Benda yang cukup memancing rasa penasarannya itu kemudian ditelusuri.
"Saat itu kedalaman air sungai sekitar 60 sentimeter dan saya tepat berada di tengah-tengah sungai. Saya lalu menyelam dan menggalinya. Dan ternyata benda itu bertanduk seperti kepala kerbau. Saya temukan sepuluh hari lalu sekitar pukul 15.00," terang Budi saat ditemui Tribun Jateng di rumahnya, Desa Banjarejo, Gabus, Grobogan, Rabu (9/9).
Oleh karena ukuran benda yang ditemukannya itu cukup besar, Budi meminta bantuan warga untuk mengeluarkannya dari dasar sungai.
Fosil yang terpendam sedalam 50 sentimeter di dalam lumpur sungai itu, sambung Budi, masih dalam keadaan utuh. Kepala serta tanduk fosil itu masih menyatu kuat.
"Hanya saja fosil saat itu tertutup lapisan batu yang mengkristal. Sesampai di rumah, saya lalu mencoba membersihkan lapisan batu itu secara perlahan. Saya tak menyangka bisa menemukannya. Selang beberapa hari kemudian, saya juga menemukan beberapa fosil serupa tapi kondisinya sudah tidak utuh lagi," ungkap Budi.
Untuk ukuran panjang setiap tanduk fosil mirip kerbau itu mencapai 115 sentimeter dengan lebar 17 sentimeter. Adapun untuk panjang kepala fosil mencapai 65 sentimeter dengan lebar 35 sentimeter.
Guna mengantisipasi hal yang tak diinginkan, fosil tersebut kini diamankan di kediaman Kepala Desa Banjarejo, Ahmad Taufik.
"Kalau dilihat dari kondisinya, ini fosil mirip kepala kerbau. Tentunya kerbau purba karena ukurannya yang tidak lazim. Saya sudah berkoordinasi dengan arkeolog dari UNS, Prof Sahid Teguh Widodo. Beliau akan ke desa kami untuk mengeceknya," kata Taufik.
Dia mengungkapkan, secara turun temurun masyarakat meyakini jika wilayah Desa Banjarejo dulunya merupakan peradaban Kerajaan Medangkamulan.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya secara bertahap benda-benda peninggalan bersejarah, seperti emas dan permata sebagai perhiasan jaman kerajaan, ribuan koin kuno seberat 150 kilogram, arca kepala Buddha, serta batu bata kuno.
Balai Arkeologi Yogyakarta, kata Ahmad, telah berulangkali melakukan penelitian di Desa Banjarejo sejak bertahun-tahun. Bahkan tahun ini, sambung Ahmad, Balai Arkeologi Yogyakarta berencana akan melakukan pemetaan lokasi kerajaan di Desa Banjarejo.
"Nenek moyang kami bercerita, dahulu desa ini adalah tempat Aji Saka melawan kekuasaan Prabu Dewata Cengkar. Sayangnya, emas dan perhiasan yang ditemukan selalu dijual oleh warga," jelasnya. (*)

 
			
 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											