Kartel Ayam Jawa Tengah
Para Peternak Ayam di Jateng Merugi Puluhan Juta Akibat Permainan Kartel Ayam
Kartel di tingkat hulu dilakukan oleh dua perusahaan besar yang menguasai 65 persen penjualan pakan ternak.
"Satu ekor ayam Joper sama halnya membeli 1 kilogram daging ayam," tandasnya.
Suwignyo menduga, anjloknya harga ayam saat itu dikarenakan ada permainan. Pasalnya, daging ayam di pasaran tidak turun.
Selain itu, perubahan harga juga terjadi secara mendadak. "Kemarin itu kan lagi rame kartel daging ayam. Mungkin itu yang menyebabkan harga anjlok. Hanya saja, saya tidak tahu siapa yang ikut mempermainkan harga," cetusnya.
Hasil investigasi
Selama melakukan investigasi setahun, KPPU Indonesia menemukan indikasi kartel pakan ternak ayam dan daging ayam.
Komisioner KPPU, Saidah Sakwan mengungkapkan indikasi kartel ayam ada di tingkat hulu hingga hilir.
Ia menyebutkan, di Jawa Tengah, kartel di tingkat hulu dilakukan oleh dua perusahaan besar yang menguasai 65 persen penjualan pakan ternak.
Saat ini pihaknya sedang menggugat 12 perusahaan yang diduga melakukan kartel ayam (dua di antaranya mempunyai pabrik di Jateng).
"Kenapa kami lakukan? Karena daging ayam saat ini termasuk kebutuhan primer. Kalau dilihat tidak pernah ada sejarahnya harga daging ayam rendah kan? Harganya di sekitaran Rp 25 ribuan ke atas," katanya pada Tribun Jateng, pekan lalu.
Saidah menyebut indikasi kartel ayam antara lain fluktuasi harga daging ayam. Hal itu menjadi gambaran ada permainan mulai dari tingkat hulu (penyediaan bibit) hingga hilir (pakan).
Contohnya harga daging ayam ras akhir 2015 kisaran Rp 35 ribu per kg hingga Rp 45 ribu per kg. Pada bulan Maret di kisaran Rp 28 ribu hingga Rp 33 ribu.
Normalnya, harga yang cukup tinggi itu karena ketersediaan daging ayam ras menurun. Hal itu karena peternak ayam tidak mampu memenuhi bibit ayam (DOC).
Namun anehnya, saat menjual hasil panennya, para peternak mandiri, hanya dihargai Rp 9 ribu per kg di tingkat bandar.
Padahal harga standar produksi per kg (HPP) aslinya mencapai Rp 16 ribu.
Perempuan berhijab itu mengatakan dua perusahaan di Jateng itu bermain di sektor pakan ternak ayam ras. Sedangkan di tingkat nasional mereka menguasai pembibitan, pakan, dan distribusi daging ayam ras.