Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

Ratu Shima, Kalinyamat, dan Kartini

Ratu Shima, Kalinyamat, dan Kartini

Penulis: sujarwo | Editor: iswidodo
google
KARTINI 

TRIBUNJATENG.COM - Pada tanggal 8 Marert 2016 tiga perempuan Indonesia mendapat penghargaan internasional. Penghargaan itu diberikan dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional. Ketiga perempuan itu, masing-masing Menteri Sosial Indonesia Khofifah Indar Parawansa, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan Direktur Utama LPP RRI, Rosarita Niken Widiastuti.

International Film Festival For Women, Social Issues, and Zero Discri-mination (IFFWSZ) memberikan penghargaan kepada mereka dianggap memberikan kontribusi yang besar untuk perubahan. “Diharapkan dengan adanya penghargaan ini akan banyak lagi perempuan-perempuan yang dapat membuat perubahan ke arah yang lebih baik,” ujar Founder Festival, Damien Dematra.

Itu penghargaan buat perempuan zaman kekinian. Zaman lampau pun negeri ini memiliki banyak perempuan hebat. Di Jepara, Jawa Tengah saja setidaknya ada tiga perempuan yang besar perannya dalam sejarah Nusantara. Ketiga perempuan itu adalah Ratu Shima, Ratu Kalinyamat. dan Raden Ajeng (RA) Kartini.

Ratu Shima merupakan penguasa Kerajaan Kalingga sekitar tahun 648 hingga tahun 674. Mengacu catatan perjalanan musafir Tiongkok bernama I-Tsing, Kerajaan Kalingga diyakini berada di Keling, kawasan timur Jepara. Sejarah mencatat, Shima sangat dicintai rakyatnya. Ia menerapkan hukum yang keras dan tegas untuk memberantas pencurian dan kejahatan, serta untuk mendorong agar rakyatnya senantiasa jujur.

Seusai Shima, sekitar delapan abad kemudian, muncul lagi tokoh perempuan di Jepara. Ratu Kalinyamat (meninggal tahun 1579), saat menjadi Bupati Jepara dikenal sebagai perempuan pemberani. Penjajah saat itu, Portugis, pun mengakuinya. Keberanian Kaliyamat terhadap penjajah, antara lain dibuktikan dengan dua kali mengirim pasukan melawan Portugis.

Sejarah mencatat, ada tahun 1550 Kalinyamat mengirim 4.000 tentara Jepara dalam 40 kapal memenuhi permintaan Sultan Johor untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa itu. Kalinyamat tak pernah jera meski serangan pertama itu belum mampu mengusir Portugis dari bumi Nusantara. Pada tahun 1565 ia kembali mengirim pasukannya, memenuhi permintaan orang-orang Hitu di Ambon untuk menghadapi gangguan bangsa Portugis dan kaum Hative.

Kendati dua kali mengalami kekalahan, Ratu Kalinyamat telah menunjukkan bahwa dirinya seorang wanita yang gagah berani. Bahkan Portugis mencatatnya sebagai rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, yang berarti "Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani".

Jepara kembali melahirkan tokoh perempuan pada akhir abad 19. Sang tokoh itu tidak lain adalah Raden Adjeng (RA) Kartini. Perempuan kelahiran Jepara, 21 April 1879 ini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi, tokoh emansipasi perempuan, dan negara telah menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Pemikiran-pemikirannya, kemudian diterbitkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia.
Jepara memang bukan sebatas dikenal ukirannya. Para perempuan, utamanya Shima, Kalinyamat, dan Kartini pun telah mengukir sejarah negeri ini. Dan, tentu saja daerah-daerah lain juga memiliki tokoh perempuan dengan khasnya masing-masing. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved