Kisah Cristiano Ronaldo, Hampir Mati di Lapangan, Lempar Guru dengan Kursi dan Tidak Lulus Sekolah
Usianya baru 15 tahun saat kejadian mengerikan itu terjadi
TRIBUNJATENG.COM - Usianya baru 15 tahun saat kejadian mengerikan itu terjadi.
Sebuah kejadian yang mungkin paling menakutkan dalam karier seorang Cristiano Ronaldo.
Bagaimana tidak kejadian itu tak hanya bisa memupus kariernya tapi juga hampir merenggut nyawanya.
Saat itu Ronaldo yang masih berlatih di akademi Sporting Lisbon tiba-tiba pingsan di lapangan.
Tubuhnya tergeletak, sambil memegangi dada.
Bocah itu meringis hingga matanya tampak segaris
Ia kesakitan. Teman-temannya di lapangan bingung.
"Cristiano, kamu tidak apa-apa?" tanya teman-temannya.
Bocah itu tak menjawab. Ia tak sadarkan diri lagi, lalu dibawa ke rumah sakit.
Dolores Aveiro lalu mendatangi tempat itu. Wanita paruh baya itu khawatir.
(Baca juga: Presiden Real Madrid: Gelar Juara Ini untuk Fans Kami di Irak yang Dibunuh ISIS)
"Ada apa dengan anakku," pertanyaan yang terus berputar di benaknya.
Ia lalu bertemu tim dokter dan mendapat informasi bahwa ada yang salah dengan jantung anaknya.
"Jantung anakku terus berdetak kencang, bahkan ketika ia tidak berlari. Tim dokter menggunakan semacam laser untuk mengatasi sumber masalah. Dia dioperasi pada pagi hari dan keluar sore harinya," cerita Dolores soal Ronaldo kecil.
"Aku khawatir karena ada kemungkinan dia menyerah bermain sepakbola. Tapi, pengobatan berjalan baik dan beberapa hari kemudian dia kembali latihan lagi."
"Cristiano tidak khawatir sedikit pun. Dia tidak menganggap situasi itu serius. Tapi, aku punya ketakutan besar. Setelah itu, tampaknya pengobatan memungkinkan dia untuk berlari lebih cepat!" ungkap Dolores.
Kejadian itu memang membuat Ronaldo lebih kuat dari sebelumnya. Ia tak henti-hentinya berlatih.
Di kepalanya cuma ada sepakbola.
Baginya sepakbola adalah segalanya, termasuk jalan keluar dari kemiskinan.
Lempar Kursi ke guru
Ronaldo dilahirkan dari keluarga tidak mampu. Ibunya tukang masak, sementara ayahnya tukang kebun.
Ia diberi nama Ronaldo karena ayahnya pengagum berat aktor sekaligus mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan.
Masa kecil Ronaldo kurang bahagia. Ia tak punya mainan. Ia juga harus berbagi kamar tidur yang sempit bersama empat saudaranya.
Di sekolah, Ronaldo termasuk anak yang cukup populer karena jago mengolah bola.
Namun, ia dikeluarkan dari sekolahnya karena melempar kursi ke guru.
"Dia tidak menghormati saya," kata Ronaldo. Ia tersinggung karena sang guru menyindir keluarganya yang miskin.
Setelah keluar dari sekolah, Ronaldo kemudian membuat perjanjian dengan ibunya. Ia ingin fokus seratus persen di sepakbola. Dolores pun merestuinya.
Ia memulai kariernya di klub amatir, Andorinha (1993–1995). Ia lalu pindah ke Nacional (1995–1997) dan mengantar klub itu menjadi juara turnamen lokal.
Talentanya menarik perhatian pemandu bakat klub raksasa Portugal, Sporting Lisbon.
Culun dan Lugu
DULU dia begitu culun, lugu, dan terkesan sederhana. Sebagai anak dari lingkungan orang miskin, naik pesawat pun tak pernah. Bahkan, dia belum pernah meninggalkan daerahnya, Madeira.
Itulah Cristiano Ronaldo kecil seperti terungkap dalam buku tulisan Luca Caioli, Ronaldo: The Obsession for Perfection.
Lalu, Fernao Sousa bagaikan godfather baginya dan memberi jalan perubahan besar dalam hidupnya. Ia menemani Ronaldo ke Lisabon pada 1997 untuk menjalani ujian di klub Sporting Lisbon. Ketika itu usianya baru 12 tahun.
Jika bisa memilih, dia memilih ke Benfica. Ini klub pujaan ayah dan saudara laki-lakinya. Tetapi, ibunya selalu memuja Sporting dan dia berharap anaknya akan sehebat Luis Figo.
Selain itu, tak mungkin Ronaldo melewatkan kesempatan besar diuji di salah satu klub terbesar Portugal itu. Sporting memiliki akademi sepak bola yang telah melahirkan nama-nama besar, seperti Paolo Futre, Luis Figo, dan Simao.
Sporting tertarik kepada Ronaldo. Dia sendiri yakin bisa diterima klub itu karena merasa memiliki bakat yang baik. Dia berpikir bisa membuat klub itu menyukainya. Tetapi, umurnya baru 12 tahun. Dan, ketika dia datang dan terlibat dalam latihan, kegairahan muncul.
Sang pelatih, Paulo Cardoso dan Osvaldo Silva, berada di sana mengamati permainan Ronaldo. Mereka sebenarnya tak terlalu tertarik oleh postur Ronaldo yang terkesan ceking.
Tapi, begitu melihat aksinya, mereka langsung jatuh cinta. Sang bocah dari Madeira itu begitu lengket membawa bola dan bisa melewati dua atau tiga pemain lawan. Dia juga tak berhenti bergerak, seperti penampil tunggal yang bisa memainkan bola ke mana pun suka.
“Saya langsung menatap ke Osvaldo dan berkata, ‘Anak ini berbeda. Dia memiliki sesuatu yang istimewa’,” kata Cardoso.
“Dan, ternyata bukan hanya kami yang berpikir begitu. Pada akhir sesi latihan, semua anak mengerubungi dirinya (Ronaldo). Mereka tahu dialah pemain terbaik,” tambahnya.
Para pelatih terkesan. Mereka ingin melihatnya bermain lagi pada hari berikutnya di Stadion Jose Alvalade. Kali ini, Direktur Akademi Sepak Bola Sporting, Aurelio Pereira, akan datang menyaksikan pertandingan.
“Dia sangat berbakat. Dia bisa bermain dengan kedua kakinya. Ia juga sangat cepat. Ketika bermain, bola seolah melekat tubuhnya,” puji Pereira.
“Tapi, apa yang membuat saya terkesan adalah determinasinya. Kekuatan karakternya terpancar. Dia sangat bersemangat, tak takut, dan tak minder kepada pemain yang lebih tua. Dia punya nilai kepemimpinan yang hanya dimiliki pemain hebat. Ketika berada di ruang ganti, semua anak membicarakan dirinya dan ingin tahu dirinya. Dia memiliki semuanya. Sangat jelas dia lebih baik dari lainnya,” puji Pereira lagi.
Pada 17 April 1997, Paulo Cardoso dan Osvaldo Silva kemudian menulis rekomendasi yang berbunyi: “Pemain yang memiliki bakat istimewa dan teknik luar biasa, terutama pintar mengelak dan membelokkan arah, juga punya gerakan hebat.”
Artinya, Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro sudah lulus ujian. Dia bisa bermain di Sporting Lisbon, tetapi harus mencapai kesepakatan dengan Nacional da Madeira dulu.
Saat itu, Ronaldo memang milik klub Nacional da Madeira. Sementara klub itu telah berutang kepada Sporting sebesar 22.500 euro (sekitar Rp 268,4 juta) atas pembelian pemain muda, Franco.
Maka, Ronaldo bisa diambil Sporting sebagai pelunasan utang. Harga 22.500 euro untuk anak usia 12 tahun jelas terlalu berlebihan. Namun, Sporting merasa tak keberatan karena bagian dari investasi, dan Ronaldo adalah investasi besar.
Pada 28 Juni 1997, Pereira menyiapkan laporan baru, “Meski ini terkesan absurd untuk membayar anak 12 tahun sebesar itu, bakatnya sebanding dengan harga tersebut. Ini sudah terbukti selama ujian dan disaksikan semua pelatih. Dia akan menjadi investasi besar di masa depan.”
Transfer Ronaldo ke Sporting berjalan lancar. Nacional da Madeira puas karena utangnya lunas. Sebaliknya, Sporting punya investasi besar.
Dan, benar. Pada 2003, Sporting bisa menjual Ronaldo ke Manchester United (MU) seharga 15 juta euro (sekitar Rp 178,9 miliar untuk kurs saat ini). Dia menjadi pemain pertama asal Portugal di klub itu.
Ronaldo segera menyatu dan menjadi bintang. Dia pun bisa menggantikan posisi kebintangan David Beckham yang akhirnya pindah ke Real Madrid. Bahkan, publik seolah segera melupakan Beckham karena kebintangan Ronaldo.
Bersama MU, dia ikut menghadirkan tiga gelar Premier League, satu Piala FA, dua Piala Liga, satu Community Shield, satu Liga Champions, dan satu Piala Dunia Klub.
Sederet gelar yang cukup menghiasi kebesarannya. Anak yang tadinya culun itu telah berubah menjadi superstar yang kemudian dijual ke Real Madrid dengan rekor transfer tertinggi dalam sejarah sepak bola, yakni sebesar 94 juta euro (sekitar Rp 1,1 triliun). Nilai yang mengalahkan rekor transfer Zinedine Zidane kala dibeli Madrid dari Juventus.
Kegembiraan Ronaldo Usai Juara Champions
Cristiano Ronaldo tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya usai membawa Real Madrid juara Liga Champions 2015-2016 di Stadion San Siro, Milan, pada Sabtu (28/5/2016) waktu setempat.
Real Madrid merengkuh titel Liga Champions untuk yang kesebelas kalinya setelah memenangi drama adu penalti atas Atletico Madrid. Pada waktu normal, kedua tim bermain imbang 1-1.
Keberhasilan ini jelas begitu berarti bagi seluruh elemen tim, termasuk Ronaldo. Terlebih lagi, ia menjadi eksekutor penentu kemenangan timnya saat babak adu penalti.
"Anda tak akan pernah tahu apa yang bakal terjadi. Namun, kami telah menunjukkan bahwa kami adalah tim berpengalaman," ujar Ronaldo kepada BT Sport.
"Kami semua berhasil saat adu penalti. Sungguh malam ini berjalan begitu fantastis," ucap pria berusia 31 tahun tersebut.
Ronaldo pun sudah tiga kali mencicipi gelar Liga Champions. Dia memenanginya sekali bersama Manchester United (2008) dan dua kali kala berseragam Real Madrid (2014 dan 2016).
Selain itu, Ronaldo juga meraih predikat pencetak gol terbanyak pada Liga Champions musim ini. Dari 12 laga, Ronaldo menciptakan 16 gol dan 4 assist.
Tak heran, Ronaldo terlihat begitu bahagia atas pencapaian timnya. Pria asal Portugal itu sangat antusias merayakan gelar Liga Champions bersama pelatih dan rekan-rekannya.
Menariknya lagi, Ronaldo juga mengunggah foto bersama anaknya sambil memegang trofi Liga Champions. Foto itu dipamerkan Ronaldo di akun Instagram miliknya. (*)