Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Longsor Banyumanik

Enrico Keluhkan Kotoran Kambing Masuk Kolam Renang

Enrico Widianto (45) sempat mengeluhkan rembesan talut dua tahun lalu. Rembesan talut berupa lumpur dan kotoran kambing itu kemudian mengalir

Penulis: galih permadi | Editor: iswidodo
tribunjateng/dok
Enrico Widianto (45) sempat mengeluhkan rembesan talut dua tahun lalu. Rembesan talut berupa lumpur dan kotoran kambing itu kemudian mengalir dan membuat kotor kolam renang miliknya. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Enrico Widianto (45) sempat mengeluhkan rembesan talut dua tahun lalu. Rembesan talut berupa lumpur dan kotoran kambing itu kemudian mengalir dan membuat kotor kolam renang miliknya.

Hal ini diungkapkan Purwoko, petugas keamanan komplek perumahan Bukit Sari. Purwoko mengatakan Enrico sempat mengeluhkan rembesan talut kepada dirinya. Enrico meminta peternakan kambing yang berada lahan di atas rumahnya untuk dibersihkan agar kotoran kambing tidak masuk ke kolam renang.
"Kejadian itu sekitar dua tahun lalu. Pak Rico sebenarnya sudah tahu ada rembesan dari talut. Tapi yang dipermasalahkan hanya ada kotoran kambing yang ikut terbawa lalu membuat keruh kolam renang," ujarnya, Senin (3/10).

Peternakan kambing, kata Purwoko, dikelola warga sekitar, namun lahan milik Pak Aseng yang tinggal di Jakarta. Setelah diadakan musyawarah dengan pengelola peternakan, kemudian peternakan ditutup. "Meski tidak ada lagi yang ternak kambing, setahu saya Pak Rico tidak memperbaiki talutnya. Sampai terjadi longsor Minggu malam itu," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, terjadi musibah talut setinggi 15 meter longsor yang menimpa rumah Enrico di Jalan Bukit Bromo, Perumahan Bukit Sari, Kelurahan Ngresep, Kecamatan Banyumanik, Minggu (2/10) malam. Dalam kejadian ini anak kedua dan keempat Enrico, Jesica (18) dan Jesen (8) meninggal tertimpa puing bangunan. Sementara anak pertama dan ketiga Enrico sedang berada di Australia.

Petugas keamanan pribadi Enrico, Paidi mengatakan setelah peternakan ditutup sudah tidak ada lagi lumpur dan kotoran yang masuk ke kolam renang. "Setelah itu saya cuma bersihin daun kering dari kolam renang. Sudah tidak ada lagi kotoran kambing dan lumpur masuk," ujarnya.

Paidi mengatakan hujan deras turun sejak pukul 16.30. Saat itu ia berada di pos satpam. Sebelum kejadian talut longsor, Enrico dan istrinya, Christi sedang berada di dapur. "Bapak ibu di dapur. Suster dan kakek sedang berada di kamar masing-masing. Sedangkan Jesen dan Jesica sedang di kamar bapak," ujarnya.

Sekitar pukul 18.30, Paidi tiba-tiba mendengar "kruek" lalu "bruk". Lalu ia melihat rumah bagian samping roboh. "Saya langsung masuk ke dalam nolong bapak ibu. Lalu suster sama kakek. Setelah itu mau nolong Jesica ternyata bangunan kamar sudah roboh. Saya sama suster lalu teriak minta tolong ke tetangga," ujarnya.

Sementara itu, staf Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah mengecek kondisi tanah dan talut yang longsor. Berdasarkan survey sementara, jarak talut dengan rumah tidak sesuai standar yakni sekitar tiga meter. "Jarak talut dengan rumah tidak dalam jarak aman. Seharusnya jarak antara talut dengan rumah yakni dua kali lipat ketinggian talut. Kalau talut setinggi 15 meter ya jarak rumah dengan talut minimal 30 meter," ujarnya yang enggan disebutkan nama.

Selain itu, talut dibuat dalam posisi tegak. Sebaiknya dibuat terasering dan terdapat pipa salir untuk mengeluarkan air dari talut. "Talut tegak sangat rawan, sebaiknya dibuat terasering. Saya lihat pipa salir tidak banyak dibuat di talut. Pipa salir perlu dibuat untuk mengurangi ketebalan tanah yang ditahan talut. Semakin tebal tanah semakin bahaya berpotensi longsor," ujarnya. (tribunjateng/gpe)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved