Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Inspiratif

Bocah 11 Tahun Penderita Leukimia Sendiri Tempuh Jarak 400 Km Tiap Berobat, Bermalam di Stasiun

"Saya tidak ingat berapa kali saya melihat matahari terbit di stasiun kereta api," ucap Luyao sambil menangis

Penulis: Widha Kumalasari | Editor: muslimah
Shanghaiist

TRIBUNJATENG.COM - Sungguh menyedihkan apa yang terjadi dengan bocah 11 tahun bernama Shi Luyao (11).

Bocah laki-laki tersebut didiagnosis menderita leukimia limpofisitik akut pada 2013.

Jalan satu-satunya untuk menyembuhkan penyakitnya yakni melalui kemoterapi jangka panjang serta biopsi sumsum tulang.

Ibu Luyao telah meninggalkannya ketika usianya dua tahun.

Sedangkan ayahnya terpaksa meminjam uang sebesar 200.000 RMB atau sekitar Rp 400 juta untuk membayar perawatan medis Luyao.

Dikutip dari Shanghaiist, Selasa (4/10/2016) bocah asal Anhui, Guizhou, China ini telah kembali menjalani kemoterapi pada Agustus lalu.

l

Namun, yang menyedihkan adalah perjuangannya untuk melawan penyakit leukimia yang dideritanya.

Luyao harus menempuh jarak 400 kilometer menuju rumah sakit di Kunming untuk menjalani pengobatan.

Tanpa ditemani siapapun, Luyao naik bus ke kota Liupanshui.

Kemudian ia melanjutkan perjalanan menuju Kunming dengan kereta.

Setiap berobat, Luyao harus menunggu enam jam untuk menunggu kereta tiba.

Pengobatan kemoterapi dan biopsi sumsum menghabiskan waktu beberapa jam.

Usai berobat, ia kembali ke rumahnya untuk kembali bersekolah.

Untuk kembali ke rumah, Luyao akan menunggu fajar agar mendapat bus pertama.

"Saya tidak ingat berapa kali saya melihat matahari terbit di stasiun kereta api," ucap Luyao sambil menangis.

Selama menjalani kemoterapi, Luyao terpaksa harus meninggalkan sekolahnya selama dua tahun.

l

Tak seperti anak lainnya, Luyao sering meminjam buku untuk mengejar ketertinggalan pelajaran.

Ia bahkan terlihat bersemangat untuk belajar dan menjalani hidupnya yang sulit.

Luyao kemudian meminta kepada kakek dan neneknya untuk bersekolah kembali setelah kondisinya membaik.

l

Guru-guru di sekolah terkejut dan simpatik dengan apa yang dilakukan Luyao.

Dokter yang merawat Luyao mengatakan bahwa perawatan akan terus berlangsung hingga dua tahun, bahkan ada kemungkinan untuk melakukan tranplantasi sumsum tulang. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved