Destinasi Jateng
Kontroversial, Inilah Arti dari Relief-relief 'Tak Biasa' di Candi Sukuh
Candi Sukuh disebut-sebut kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualilitas
TRIBUNJATENG.COM - Candi Sukuh disebut-sebut kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
Candi sukuh yang terletak di di lereng Gunung Lawu, dukuh Berjo, desa Sukuh, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah ini sangat berbeda dari candi-candi besar di Jawa, seperti candi Borobudur, Prambanan dan yang lainnya.
Bentuk kurang lazim tersebut dicerminkan dengan jenis-jenis bangunan, mulai candi utama yang bebentuk mengerucut seperti pyramid, banyaknya lingga yoni, artefak manusia burung dan yang lainnya.
“Candi ini walaupun digolongkan Hindu, mirip seperti peninggalan bangsa Maya di Mexico dan Inca di Peru. Tapi masih dalam penelitian,” ujar Sunarto, pemerhati sejarah Candi Sukuh dari Dinas Purbakala, pada Kamis (10/11/2016).

Bangunan utama Candi Sukuh yang sangat mirip peninggalan bangsa Maya di Mexico
Sunarto menjelaskan beberapa arti dari relief-relief tak biasa di Candi Sukuh kepada Tribun Jateng.
Candi Sukuh dibuat tahun 1359 tahun saka, atau 1457 masehi. Nama sukuh sendiri, menurutnya diambil dari kata sukoh. Karena candi dibuat dengan tergesa-gesa, tetapi harus tetap kuat atau kokoh, strong, and rush.
Jika wisatawan memasuki gerbang pertama, yaitu dari undakan paling bawah terlihat gerbang besar. Gerbang tersebut bernama Lawang Seketeng.
Terdapat bentuk buto yang sedang memakan orang di kanan, dan buto sedang memakan naga di kiri, menurut Sunarto ini sebuah “sengkalan rumit” yang menandai waktu selesainya pembangunan gapura pertama ini.
Tepat di tengah lantai pintu masuk gerbang tersebut terdapat simbol lingga yoni yang berbentuk kelamin pria dan wanita. Ini merupakan awal pembentukan manusia lahir ke bumi, mengisahkan kesuburan.
Relief tersebut berada di pintu masuk karena berfungsi sebagai “suwuk” untuk “ngruwat”, yakni membersihkan segala kotoran yang melekat di hati setiap manusia yang masuk. Selain itu, relief inilah yang membuktikan candi bercorak Hindu.

Kemiripan relief Candi Sukuh dengan peninggalan bangsa Maya dan Inca.
Bangunan Candi Sukuh memiliki tiga tingkatan teras, yang melambangkan proses hidup mulai lahir hingga kembali ke pemiliknya. Setelah teras pertama yang terdapat gerbang, wisatawan masuk ke teras kedua yang melambangkan kehidupan.
Di level kehidupan terdapat batu ukir melambangkan rahim seorang wanita, dan diatasnya terdapat sosok sebelah kiri yang melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan.
Relief tersebut melambangkan manusia mulai lahir dari rahim ibu, keluar akan menjadi kebaikan atau kejahatan di dunia.
Mendekat kearah candi utama, Anda akan menemukan tiga kura-kura besar. Konon bentuik ini berkaitan dengan kisah suci agama Hindhu yakni “samudra samtana” yaitu ketika Dewa Wisnu menjelma menjadi kura-kura raksasa untuk membantu para dewa-dewa lain mencari air kehidupan.
“Kura-kura pertama yang sedang melahirkan, menunjukan fase pertama manusa. Kura-kura kedua, yang lahir ke bumi dan bertahan hidup dengan jalan yang lurus, kura-kura ini bentuknya lurus. Ketiga melambangkan kehidupan yang bisa goyah, kura-kura ini walaupun sangat besar bisa digoyangkan,” ujar Sunarto sambil menggoyangkan relief kura-kura yang sangat besar.
Di bagian kiri terdapat lima relief yang mengisahkan cerita Kidung Sudamala yang dikenal dengan Sadewa, yang menjalani proses “ngruwat” atau mensucikan diri.
Terakhir Anda akan masuk ke candi utama yang konon baru ditemukan dua di dunia, mirip dengan peninggalan bangsa Maya di Mexico. Jika Anda ingin masuk candi utama ini, harus menaiki batuan berundak yang membentuk tangga ditengah lorongnya yang sempit dan semakin menanjak. Bangunan tersebut melambangkan kembalinya manusia ke pemiliknya, tuhan.
“Candi Sukuh memang tempat suci yang dibuat fungsinya untuk melangsungkan upacara-upacara besar seperti ruwatan,” ujar Sunarto.
Penasaran dengan uniknya arsitektur Candi Sukoh? Jangan lewatkan destinasi ini saat Anda berlibur ke Karanganyar. (Irzal Adikurnia/Magang Tribunjateng)