Icip icip Kuliner
Serat Dagingnya Terasa, Tahu Bakso Bu Wahyu Ungaran Selalu Diserbu Wisatawan
Salah satu buah tangan yang bisa jadi pilihan saat ke Semarang adalah tahu bakso
TRIBUNJATENG.COM - Salah satu buah tangan yang bisa jadi pilihan saat ke Semarang adalah tahu bakso. Tahu bakso tersebut banyak diproduksi di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Salah satu tahu bakso yang populer ialah Tahu Bakso Bu Wahyu. Tahu bakso ini pun diproduksi langsung di kaki gunung Ungaran.
Tahu Bakso Ungaran sebelum di packaging
Selain rasa dan kekenyalan tahunya, tahu ini memiliki cirikhas menggunakan sambal kecap di dalam kemasannya. Di dalam boxnya, Anda dapat menikmati tahu tersebut menggunakan kecap dengan irisan cabe rawit. Lazimnya tahu bakso Ungaran sendiri menggunakan cabe rawit langsung.
Saat Tribun Jateng mencobanya, tekstur tahu terasa kenyal namun padat di isinya. Sedangkan bakso tang terselip di dalamnya berukuran proporsional. Daging sapi di bakso tersebut masih terasa serat-serat dagingnya.
Menurut Sartono, pemilik usaha Tahu Bakso Ungaran Bu Wahyu, tahunya tersebut diproduksi menggunakan air gunung ungaran, untuk menjaga kualitasnya.

Proses perebusan tahu bakso
“Untuk menghasilkan kualitas terbaik kita memilih pabrik tahu yang bisa memakai air gunung langsung. Semuanya kita produksi sendiri, kecuali pemotongan sapi untuk daging baksonya,” ujar Sartono pada Tribun Jateng di pabrik tahu bu Wahyu, Rabu (30/11/2016).
Ia membeberkan menggunakan daging sapi dengan komposisi 80 persen dalam baksonya. Hal tersebut dilakukan agar daging sapi lebih terasa dalam baksonya. Tekstur bakso yang dihasilkan pun lebih padat dibandingkan yang banyak mengandung tepung.
Bagi wisatawan yang ingin membawa pulang oleh-oleh tersebut, tahu bakso merek ini tersebar di enam cabang di Semarang. Enam cabang tersebut ialah Tembalang, Jatingaleh, Sampangan, Jomblang, Palebon, dan Gunung Pati, dekat kampus Unnes.

Salah satu oleh-oleh khas Ungaran, Kabupaten Semarang
Sayangnya sampai sekarang belum ada tempat yang bisa menikmati langsung tahu bakso tersebut. Sang pemilik yang merupakan sarjana sipil Undip ini mengatakan karena konsep tahunyanya hanya oleh-oleh yang bisa dibawa pulang.
“Belum masuk ke sentra oleh-oleh, karena fokus memperbanyak cabang, agar wisatawan mudah memperoleh di banyak tempat, dan tempat tersebut identik dengan tahu bakso ini,” ujar Sartono.
Anehnya walaupun telah disebar ke enam cabang, tahu bakso seharga Rp 25 ribu satu boxnya dengan isi 10 tahu ini selalu habis diserbu wisatawan. Terlebih saat akhir pekan, bahkan jika libur panjang produksi menjadi tiga kali lipat lebih. (*)