Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Icip icip Kuliner

Suwiran Ayamnya Dipotong Pakai Gunting Besi, Begini Cara Menikmati Opor Sunggingan Kudus!

Opor sunggingan bisa Anda masukkan daftar makanan yang patut dicicipi ketika berada di Kabupaten Kudus

Editor: muslimah
Tribun Jateng/Shela Kusumaningtyas
Sepiring opor sunggingan yang ditempatkan di atas alas daun pisang. Sendok yang digunakan pun berbahan daun pisang. 

TRIBUNJATENG.COM - Opor sunggingan bisa Anda masukkan daftar makanan yang patut dicicipi ketika berada di Kabupaten Kudus.

Warung yang menjajakan opor ini hanya ada satu di daerah yang terkenal dengan sebutan Kota Kretek ini. Letaknya di Jalan Niti Semito nomor 9, Desa Ploso, Kudus. Warung yang buka dari pukul 06.30 WIB hingga 14.30 WIB ini telah berdiri sejak tahun 1966.

Siti Sundari, pemilik warung ini merupakan generasi kedua yang menjual opor sunggingan. Sebelumnya, sang mertualah yang merintis usaha warung makan opor sunggingan.

Dikatakan Sundari, opor sunggingan berbeda dengan opor pada umumnya. Mulanya, opor ini hanya ada saat tradisi manakipan yang berlangsung di Menara Kudus.

“Mulainya kan memang dulu tidak jual opor, jualnya nasi kering. Orang-orang pada bilang, jual nasi opor saja yang disajikan saat selamatan buat Sunan Kudus. Kan opornya khas, digodog utuhan, lalu ditaruh di tampah,” papar perempuan yang

Diberi nama Sunggingan, lantaran opor ini hanya bisa diperoleh di kawasan Sunggingan, Kudus.

Lain dengan opor biasanya, opor ini memakai ayam yang telah dibakar sebelumnya. Ayam yang telah disembelih tidak dipotong-potong melainkan dibiarkan utuh. Untuk menghasilkan kekenyalan daging yang tepat, ayam yang dipilih harus yang berumur satu tahun hingga dua tahun dan sudah tidak dalam fase bertelur. Apabila menggunakan ayam berusia muda, maka dagingnya terlalu lembek.

Setelah itu, ayam diikat untuk melanjutkan tahap masak berikutnya yaitu perebusan selama empat jam. Air rebusan itu dicampur dengan bumbu-bumbu.

Dibeberkan Sundari, opor sunggingan tidak memerlukan bahan rempah seperti kebanyakan opor. Bumbu yang dibutuhkan adalah bawang putih, bawang merah, kemiri, merica, dan ketumbar.

Ketika ayam dirasa sudah empuk, diangkat kemudian ditiriskan. Ayam yang masih kondisi panas lalu didiamkan beberapa jam hingga dingin.

Proses selanjutnya adalah pembakaran. Sundari masih mempertahankan cara tradisional yakni dibakar di atas tungku dengan sumber api berasal dari arang kayu karet.

“Kalau saat dihidangkan, akan ditaruh juruh sebagai sendok yang terbuat dari daun pisang. Tinggal pembeli ingin makan pakai apa, sendok daun pisang atau sendok biasa. Nanti juga bisa diajari,” kata Sundari.

Lembaran daun pisang dipotong memanjang berfungsi sebagai sendok diletakkan di samping piring yang berisi nasi opor sunggingan, sambal goreng tahu, dan cabai sebagai pelengkap.

Untuk menyantap opor ini menggunakan juruh, Anda harus memposisikan jari tengah di tengah lembaran daun pisang agar sedikit tertekuk. Baru Anda bisa menyerok nasi opor ini dan melahapnya. Kuah opor ini tidak membanjiri piring yang beralaskan daun pisang.

Keunikan lain dari opor ini adalah suwiran ayam yang ditaburkan ke nasi bukan disuwir menggunakan tangan melainkan memakai gunting besi.

Tak hanya itu saja, opor ini tidak dibubuhi dengan sambal tapi pembeli bisa langsung mengambil cabai yang diwadahi dalam toples untuk mendapatkan rasa pedas.

Apakah Anda sudah siap menjajal sensasi makan dengan sendok daun pisang? Coba rasakan bedanya opor sunggingan dengan opor lainnya. (Shela Kusumaningtyas/magang tribunjateng)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved