Icip icip Kuliner
Getuk Khas Bandungan, Manisnya Asli Gula, Ini Perbedaan Dengan Getuk Lainnya
Dilihat sepintas getuk ini serupa dengan gorengan yang bewarna kuning keemasan
TRIBUNJATENG.COM - Berkunjung ke Kawasan Bandungan, Semarang jangan hanya menikmati hawa sejuk dan keindahan alamnya saja. Obyek wisata yang berada di kaki Gunung Ungaran tersebut juga punya kuliner yang khas.
Namanya Getuk Bandungan. Getuk memang bukan lagi kuliner yang baru, terutama untuk masyarakat Jawa Tengah. Beberapa daerah di Jawa Tengah juga mempunyai kuliner getuknya yang khas yakni Magelang dan Sokaraja.
Meski bernama sama, getuk Bandungan mempunyai perbedaan dibandingkan getuk lain. Dilihat sepintas getuk ini serupa dengan gorengan yang bewarna kuning keemasan.

Jejeran penjual getuk goreng di kawasan Pasar Bandungan
Paryati, salah seorang penjual getuk Bandungan mengungkapkan, ada perbedaan antara getuk Bandungan dengan getuk lain.
“Kalau getuk magelang kan tidak digoreng. Ini digoreng dulu dan murni manis gula tidak pakai tambahan rasa-rasa seperti coklat dan lain-lain. Gorengnya juga kaya gorengan biasa,” ujar Paryati.
Tidak hanya getuk Magelang, dengan getuk Sokaraja yang juga dikenal sebagai getuk goreng memiliki tampilan yang berbeda. Getuk Sokaraja berwarna kecoklatan dan mempunyai rasa manis yang lebih pekat.
Selain tampilan dan rasanya yang berbeda, getuk bandungan dituturkan oleh Paryati mempunyai keawetan yang cukup lama. Menurutnya, setelah digoreng, getuk tidak memiliki rasa kecut meski sudah dibuat dalam waktu sehari.

Getuk Goreng Bandungan yang berpenampilan seperti pastel
Wanita yang sudah lebih dari lima tahun berjualan getuk itu mengatakan, getuk sudah dijual di Bandungan dalam waktu yang lama. Ia menambahkan, dirinya mendapatkan resep getuk dari ibunya yang sudah lebih dahulu berjualan getuk di kawasan Bandungan.
Dalam sehari Paryati bisa menghabiskan 30 kg singkong sebagai bahan baku. Dalam proses pembuatannya, singkong dikukus terlebih dahulu hingga gembur. Kemudian hasil kukusan singkong ditumbuk hingga halus.
Lalu, ditambahkan sedikit garam dan ditumbuk lagi sampai halus. Setelah menjadi adonan siap goreng, isian getuk baru ditambahkan. Isian getuk bandungan adalah gula pasir.
“Diisi pakai gula pasir ditengahnya, baru kemudian digoreng di api yang stabil. Dulu ukurannya lebih kecil karena bikinnya pakai tangan kalau sekarang kan diplenetnya pakai kayu jadi lebih besar,” jelas Pariyati.

Penjual getuk saat mengisi isian getuk dengan gula
Menurut Pariyati, gula pasir lebih pas digunakan ketimbang gula merah. Isian gula merah yang dapat meluber bisa merusak warna dari getuk itu sendiri.
Getuk goreng milik Pariyati ini dijual seribu rupiah per buah. “Kalau beli sepuluh ribu, dapatnya dua belas. Bonus dua,” ujarnya seraya tertawa.
Getuk khas Bandungan ini banyak ditemui di kawasan Pasar Bandungan atas. Jika menuju arah Candi Gedong Songo, jejeran penjual getuk goreng ini dengan mudah terlihat. Biasanya, pedagang getuk Bandungan berjejer dengan penjaja buah kelengkeng.
Jadi jangan cuma jalan-jalan saja di Bandungan, cobain manisnya getuk goreng Bandungan! (Maulana Ramadhan/magang tribunjateng)