Forum Guru
Nilai Profetik Profesi Guru Sebagai Pemicu Semangat
Berbicara tentang guru sebenarnya merupakan hal yang klise. Namun, selama dunia masih ada, maka pembicaraan tentang guru

TRIBUNJATENG.COM -- Berbicara tentang guru sebenarnya merupakan hal yang klise. Namun, selama dunia masih ada, maka pembicaraan tentang guru sepertinya tak akan pernah usai. Guru dan problematikannya tetap akan memiliki porsi penting dalam kehidupan karena guru adalah penjaga peradaban.
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa sejak tahun 2005 pemerintah telah mengeluarkan UU No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dengan legitimasi itu profesi guru seakan naik kelas.
Guru mendapatkan tempat yang sejajar dengan dengar profesi lainnya. Hal itu nampak dari antusias para generasi muda untuk kuliah di bidang keguruan.
Namun sebenarnya ada hal yang mendasar tentang profesi guru yang terkadang tak disadari oleh guru itu sendiri, yaitu nilai profetik profesi guru. Istilah profetik berasal dari bahasa Inggris prophet yang berarti Nabi.
Dalam bahasa Arab, kata prophet disebut nubuwwah yang merujuk pada pada kenabian dan gagasan perilaku Nabi. Dengan demikian, maka profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia karena membawa semangat kenabian.
Menurut Kuntowijoyo (2006), profetik mengarah pada tiga aspek, yaitu humanisasi atau menyuruh kepada kebaikan (amar ma’ruf), liberasi atau mencegah kejahatan(nahi munkar), dan transendensi atau beriman kepada Tuhan (tu’ minu billah). Tiga tersbut merupakan bagian dari tugas dan kewajiban guru dalam mendidik para siswanya.
Dalam mendidik, tentu guru selalu akan menanamkan nilai-nilai humanisme, seperti toleransi, menhargai hak-hak orang lain, dan menghargai keberagaman. Jika semangat ini disadari betul oleh guru untuk kemudian diterapkan pada siswa, maka dapat mereduksi bahkan dapat mencegah dehumanisasi pada masa yang akan datang. Sebaliknya, jika tidak maka bukan tidak mungkin generasi mendatang akan mengulangi hal-hal buruk terkait dengan humanisme yang selama ini sudah terjadi akan terulang kembali.
Selain humanisasi, guru juga memiliki peran besar dalam liberasi, yaitu mencegah kejahatan. Maraknya kejahatandan gerakan radikal yang terjadi saat ini perlu ditanggapi serius oleh dunia pendidikan, terutama guru.
Kejahatan-kejahatan besar tentu tidak terjadi secara spontan, namun meupakan akumulasi dari kejahatan-kejahatan kecil yang terakomodasi. Artinya, sekecil apapun bentuk kejahatan harus segera ditangani dengan baik sehingga tidak berbuntut pada kejahatan yang lebih besar. Di bangku sekolah, kejahatan-kejahatan kecil terkadang sudah mulai nampak. Oleh karena itu guru diharapkan mampu mencegahnya sejak dini sebelum mengakar dan berkembang.
Yang terakhir adalah transendensi. Guru tak sekadar mengajarkan ilmu-ilmu terapan dan ilmu-ilmu umum, namun lebih jauh lagi, yaitu menjadi mananamkan nilai-nilai kebertuhanan pada peserta didik. Secara eksplisit hal itu sudah umum dilakukan melalui aktivitas berdoa sebelun dan sesudah pembelajaran.
Namun, perkara kebertuhanan tidak saja tentang berdoa. Lebih dari itu, guru harus mengajakdan menanamkan pada peserta didik untuk memahami betul tentang keberadaan dan kedudukan manusia sebagai hamba Tuhan. Dengan kesadaran itu. Maka, akan terpancar nilia-nilai ketuhanan pada peserta didik yang tercermin dalam sikap dan perilaku keseharian.
Nilai profetik pada profesi guru handaknya menjadi pemicu semangat bagi para guru untuk lebih optimal dalam manjalankan tupoksi meskipun harus diakui bahwa masih banyak perosoalan yang membelit para guru, terlebih lagi para guru honorer saat ini.
Mulai Januari 2017, SMA dan SMK di Jawa Tengah telah resmi berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, termasuk tata kelola kepegawaian. Hal tersebut ternyata mambawa dampak pada penggajian guru, terutama guru honorer. Di Kota Semarang, guru honorer yang sebelumnya didanai oleh Pemerintah Kota Semarang sampai bulan Februari 2017 ini belum menerima gaji dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Hal tersebut tentu cukup memprihatinkan. Untuk profesi benilai profetik benar-benar mendapatkan perhatian yang serius. Apapun alasannya, Pererintah Provinsi harus segela memberikan solusi atas keterlambatan gaji yang terjadi saat ini. Ingat! guru adalah pewaris nabi. (*)
Heri Widodo
Guru (Honorer) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Negeri 5 Semarang