Hebohnya Poster 'Garudaku Kafir' di Gedung FISIP Undip Ditanggapi Beragam oleh Mahasiswa
Poster 'Garudaku Kafir' yang sempat ditempel di gedung FISIP Universitas Diponegoro (Undip) mendapat beragam tanggapan oleh mahasiswa
Penulis: akbar hari mukti | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Akbar Hari Mukti
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Poster 'Garudaku Kafir' yang sempat ditempel di gedung FISIP Universitas Diponegoro (Undip) mendapat beragam tanggapan oleh mahasiswa.
Khalimatus Sadiyah, mahasiswi semester akhir Jurusan Hubungan Internasional Undip menuturkan bahwa dirinya tidak setuju dengan kegiatan-kegiatan yang antipancasila.
"Saya marah sekali. Seakan-akan yang menempel itu tidak menghargai jasa-jasa pahlawan," jelasnya, Kamis (18/5).
Ia menuturkan, bahwa semestinya orang-orang Indonesia dapat menjunjung tinggi pancasila sebagai simbol negara.
"Padahal yang tertuang di pancasila itu sudah baik dan saya rasa sudah pas dengan nilai nilai budaya Indonesia," ungkapnya.
Ia pun berharap, kegiatan-kegiatan yang anti pancasila untuk tidak diselenggarakan di lingkungan kampus.
"Kalau bisa, tidak pernah terjadi agenda-agenda itu. Kampus seharusnya jadi tempat para cendekiawan untuk belajar," jelasnya.
Eer, seorang mahasiswa Undip menjelaskan, dirinya biasa-biasa saja menanggapi poster itu.
"Saya sebagai mahasiswa menanggapinya santai saja, tidak ada yang perlu ditakuti," ungkapnya.
Ia pun menyebut, apapun kegiatan yang diselenggarakan di kampus semestinya ditanggapi secara wajar.
"Karena kampus itu tempatnya orang belajar. Ya belajar apapun. Semestinya biasa saja," ungkapnya.
Dekan FH Undip, Benny Riyanto, kepada media mengaku prihatin dengan kemunculan poster bernada anti Pancasila tersebut di Kampus Undip.
Dengan adanya temuan poster tersebut, ia menuturkan hal itu mengindikasikan terdapat gerakan yang merongrong NKRI.
"Kami sebagai warga kampus memiliki tugas yang sangat berat. Kampus diberi kepercayaan masyarakat untuk menggodok dan melahirkan intelektual penerus bangsa," jelasnya.
Ia menuturkan, seorang intelektual itu harus memiliki integritas dan memiliki moralitas yang tinggi.
"Integritas dan moralitas itu untuk mendukung kesatuan bangsa, NKRI dan empat pilarnya," ujarnya.
Dalam kondisi semacam ini, kata dia, semua pihak harus memiliki kewaspadaan terhadap hal sekecil apapun, khususnya pada gerakan-gerakan yang kontra terhadap NKRI.
Oleh karena itu, ia mengatakan seharusnya semua pimpinan di lingkungan kampus harus tanggap dan jangan dianggap remeh.
"Ini persoalan negara dan bangsa dan bukan hanya persoalan kampus termasuk di Kampus Undip. Oleh semua itu, kami semua di Undip telah sepakat dan merapatkan barisan bahwa NKRI adalah harga mati," ujarnya.
Ia menuturkan, apapun gerakan yang mengancam harus diatasi bersama.
"Jangan sampai tersusupi dengan gerakan-gerakan radikal yang kontraproduktif terhadap tujuan ngara kita yang beradasarkan Pancasila dan UUD 45," ujarnya.(*)