Bom Kampung Melayu
Jika Pejam Mata, Susi Mahasiswi asal Brebes Terbayang-bayang Bunyi Ledakan Bom
Ledakan bom bunuh diri membuat Susi A Fitriyani, mahasiswi Azzahra, Jakarta, trauma. Susi kerap terbayang peristiwa itu saat pejamkan mata
TRIBUNJATENG.COM - Ledakan bom bunuh diri membuat Susi A Fitriyani, mahasiswi Azzahra, Jakarta, trauma. Susi kerap terbayang peristiwa berdarah tersebut saat memejamkan mata.
Susi, warga RT 06 RW 01 Desa Karangsembung, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes, semula berniat mencari tiket untuk pulang ke kampung halaman di Brebes. Usai mengikuti pelajaran di Universitas Azzahra, Jakarta, Susi memilih berkemas menuju terminal Kampung Melayu.
Susi meninggalkan kampus yang berada di bilangan Bidara Cina pada Rabu (24/5) malam. Namun, setiba di terminal Kampung Melayu, tiba-tiba dirinya mendengar ledakan keras. "Nah pas mau pulang itu, dia lewatin jalan itu terus langsung kena di punggungnya," ujar Wahid, teman dekat Susi kepada Tribun, Jumat (26/5).
Susi mengalami luka berat di punggung dan masih dirawat di RS Budi Asih Jakarta. Informasi yang dihimpun, Susi mesti menjalani operasi cito atau tindakan operasi yang membutuhkan penanganan cepat dan tidak boleh ditunda usai terkena ledakan bom bunuh diri. "Luka berat di punggung. Kalau kaki dan tangan hanya luka ringan," kata Zahra, sahabat Susi.

Menurut Zahra, Susi juga mengalami trauma akibat ledakan bom bunuh diri tersebut. Susi kerap terbayang peristiwa berdarah tersebut saat memejamkan mata.
Pihak keluarga Susi sempat meminta pihak rumah sakit untuk memindahkannya ke Brebes. Namun permintaan tersebut belum dikabulkan pihak rumah sakit. "Belum bisa juga dari posisinya yang masih sakit, kan sulit juga buat mobilisasinya," tambah Wahid.
Saat ini, Susi telah sadarkan diri dan mampu berkomunikasi. Namun dirinya menolak untuk ditemui dan diwawancarai oleh awak media.
Dikira ban meletus
Tasdik masih mengingat betul peristiwa berdarah tersebut. Saat itu Tasdik baru saja menuntaskan pekerjaan di kawasan Green Ville, Jakarta Barat. Pria yang berprofesi sebagai Komandan Keamanan Bank Mandiri itu lalu bergegas menuju kediaman di kawasan Cimanggis, Depok. Ia kerap melalui Kampung Melayu untuk menuju kediaman. Tasdik tengah berhenti sejenak di terminal Kampung Melayu. Tiba-tiba dirinya mendengar suara dentuman keras.
"Pas di kolong itu saya berhenti, enggak lama ada ledakan bom yang pertama," ujarnya.
Tasdik tidak menyangka bahwa suara ledakan berasal dari bom. Ia mengira ledakan berasal dari ban mobil. "Waktu itu saya belum tahu itu bom, karena itu kan ledakannya seperti ledakan ban mobil gitu kan," tutur Tasdik.
Usai ledakan, Tasdik melihat sejumlah orang terkapar di jalan. Ia pun mendekati lokasi dengan niat memberi pertolongan kepada korban, diantaranya seorang polisi. Sang polisi terbujur kaku dan hanya mampu menggerakkan mata. Ia juga melihat dua orang polisi lainnya menjadi korban. Belum sempat menolong korban, tiba-tiba terjadi ledakan kembali.

"Mau ngangkat korban, posisinya dekat wc umum di tengah-tengah Kampung Melayu itu. Belum sampai kita angkat bom kedua meledak lagi," ujar Tasdik.
Kali ini, Tasdik menjadi korban ledakan. Darah langsung mengucur deras dari tubuh Tasdik. Ia lalu meninggalkan polisi yang terkapar dan memilih menyelamatkan diri. Jaket hingga celana yang dikenakan Tasdik ikut robek akibat efek ledakan tersebut. "Saya raba begini, darah sudah mengalir, saya lihat lengan saya robek dan sudah berdarah," ungkap Tasdik.
Berdengung hebat