Apa Kabar Sumanto? Inilah Gaya Sumanto Saat Lafalkan Sila Pancasila
Nasionalisme Sumanto teruji ketika dia diminta melafalkan Pancasila. Ia ternyata hafal per ayat Pancasila, meski penyebutannya terkadang tidak urut
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
Sementara, Sumanto saat ini tinggal tinggal dan bekerja di Wisma Rehabilitasi Mental, Sosial, dan Narkoba yang terletak di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga.
Rumah Sumanto memang jauh dari kata layak. Rumah terbuat dari papan kayu dan dinding bambu atau gedhek.
Rumahnya juga kerap bocor ketika musim hujan. Kerangka kayu untuk menahan genteng atau usuk juga mulai lapuk dimakan rayap.
Parahnya lagi, rumah petak itu tidak mempunyai kamar mandi. Jika anggota keluarga hendak buang hajat, mereka pergi ke sungai yang berada di belakang rumah. Rumah Sumanto ini belum terjamah program jambanisasi.
Rumah itu akhirnya dirobohkan warga sekitar dan diganti dengan bagunan baru yang lebih layak. Untuk memperbaiki rumah Sumanto, diperlukan biaya Rp 30 juta.
Warga pun menggalang sumbangan hingga terkumpul uang Rp 10 juta. Kekurangan sisanya ditutupi Yudi Indras Wiendarto, anggota Komisi E DPRD Jateng seusai melihat kondisi rumah Sumanto.
Kepala Dusun Pelumutan, Kuswanto, mengatakan, biaya yang terkumpul dari sumbangan itu akan seluruhnya dibuat untuk membuat rumah baru yang dilengkapi jamban.
“Uang untuk bikin rumah baru, bukan direhab,” kata dia, yang juga sebagai ketua tim pembangunan rumah.
Sementara itu, Yudi Indras ikut membantu lantaran bersimpati dengan kehidupan keluarga Sumanto. Seusai melihat rumah Sumanto, dia lalu memberi sumbangan untuk menutupi kekurangan biaya pembangunan.
Dia pun minta agar pengerjaan rumah dilakukan secepat mungkin agar bisa segera ditempati kembali.
“Saya minta segera dibangun, kalau bisa dua bulan sudah bisa ditempati,” pinta Yudi, dalam siaran tertulisnya, Selasa (20/2/2017).
Tinggal di kandang kambing
Setelah rumahnya dirobohkan, keluarga Sumanto kini tinggal sementara di bekas kandang kambing di sebelah rumahnya. Tempat itu yang biasa digunakan sebagai dapur masak.
Sementara bekas kayu yang masih bagus disimpan untuk digunakan kembali di rumah barunya.
Keluarga Sumanto tidak mampu untuk memperbaiki rumahnya karena keterbatasan ekonomi. Penghasilan keluarga hanya Rp 30.000 perhari dari kegiatan menjual tempe dan tukang pijat.