Helikopter Basarnas Jatuh
Hingga Kini Kami Belum Percaya, Tapi Bagaimanapun harus Ikhlas Melepas Kepergian Nyoto
Isak tangis pecah ketika iring-iringan mobil ambulans yang membawa jenazah Nyoto Purwanto korban helikopter basarnas tiba di Salatiga
Penulis: deni setiawan | Editor: iswidodo
TRIBUNJATENG.COM - Isak tangis pecah ketika iring-iringan mobil ambulans yang membawa jenazah korban kecelakaan helikopter tiba di rumah duka Kampung Promasan RT 01, RW 02, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Senin (3/7), sekira pukul 11.45 WIB.
Nyoto Purwanto (36), anggota Basarnas Jawa Tengah, jadi korban tewas musibah tersebut. Istri Nyoto, Isti Astuti, terus menangis ketika melihat peti jenazah tiba di rumah duka hingga diberangkatkan ke kompleks pemakaman di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sebayi, yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah duka.

"Hingga saat ini kami masih tidak percaya, tetapi bagaimanapun kami harus ikhlas atas kepergiaan anak kami tercinta ini. Semoga dia tenang dan kami yang ditinggalkan pun selalu ikhlas. Dia meninggal khusnul khotimah," ujar ayah kandung Nyoto, Suparji (65).
Secara umum, lanjutnya, pihak keluarga tidak ada firasat apapun. Sebelum mengalami musibah, Nyoto sempat menghubungi ayahnya pada Minggu (2/7), sekira pukul 13.00.
Saat itu Nyoto ingin bicara dengan ibunya, Kusminingsih. Hal itu memang sudah menjadi kebiasaan Nyoto saat hendak berangkat melaksanakan tugas.
"Biasanya langsung telepon ke nomor ponsel ibunya. Tetapi kemarin ponsel ibunya rusak. Dalam percakapan itu Nyoto berniat membelikan ponsel baru untuk ibunya seusai bertugas. Dia berjanji akan segera pulang ke rumah setelah selesai tugas pemantauan udara di Kawasan Wisata Dieng," kata warga Mlangsen, Kabupaten Blora itu.
Tak disangka itu adalah percakapan terakhir dengan sang ibu. Saat mendengar musibah itu, Suparji mengaku terkejut dan sempat syok.
"Dia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adiknya yang nomor tiga juga menjadi anggota Tim Basarnas Jateng, yakni Jupri Wicaksono. Dia sejak remaja memang suka mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan sehingga kami merestui Nyoto bergabung di Basarnas pada 2006 silam," ujar Suparji.
Budiono (55), ayah mertua Nyoto, juga kaget begitu memperoleh kabar duka tersebut. Dia bersama keluarga memperoleh kabar dari siaran televisi pada Minggu sekira pukul 21.00.
Budiono mendapat kepastian Nyoto meninggal dunia pada Senin, sekira pukul 03.00.

"Yang membuat kaget kami, setahu kami dia bertugas di Brebes hingga Gringsing (Kabupaten Batang). Dia sempat pulang ke Salatiga pada Lebaran kedua, Senin (26/6). Pada Selasa pagi berangkat ke Brebes. Pamitannya seperti itu dan berjanji akan pulang ke sini setelah tugas selesai," jelas Budiono.
Secara umum, lanjutnya, keseharian Nyoto tidak pernah neko-neko. Ia merupakan sosok yang mudah bergaul dan suka bercanda dengan siapapun. "Pada malam takbir, Sabtu, ia bersama istri dan anaknya yang berusia 8 tahun (Rifki Pradana Setiawan) ke Blora, hingga Minggu. Lebaran kedua ke Salatiga. Tidak ada firasat apapun. Setahu kami, sebenarnya Minggu ia libur dan berencana pulang ke Salatiga. Tetapi ternyata ada tugas mendadak ke Dieng," terangnya. (tribunjateng/deni setiawan)