Helikopter Basarnas Jatuh
Putri Mekanik Helikopter Basarnas yang Jatuh di Temanggung Menyesal Sempat Ledek Sang Ayah
Putri Serka MPU Hari Marsono, korban tewas jatuhnya helikopter Basarnas di Temanggung, Lidia Saraswati, menyesal meledek sang ayah sebelum kecelakaan.
TRIBUNJATENG.COM, SURABAYA - Lidia Saraswati mempercepat langkahnya saat melihat pesawat Casa mendarat di Lanudal Juanda Surabaya, Senin (3/7/2017) siang.
Di dalam pesawat TNI AL itu, jenazah sang ayah, Serka Mesin Pesawat Udara (MPU) Hari Marsono, berada. Jenazah warga Desa Bringin Bendo, Kecamatan Taman, Sidoarjo, tersebut diterbangkan dari Bandara Ahmad Yani Semarang.
Anggota TNI AL ini menjadi satu dari delapan korban tewas jatuhnya helikopter Basarnas di Bukit Muntung, Temanggung.
Baca: SAR dan Kodim Brebes Gelar Salat Gaib untuk Korban Helikopter Basarnas yang Jatuh
Gadis berhijab itu tak kuat menahan sedih saat dari dalam badan pesawat terdapat dua peti jenazah berbalut kain merah putih.
Kesedihan Lidia makin menjadi saat pembawa acara dalam upacara penyambutan jenazah secara militer itu menyebut sosok ayahnya. Tampak kedua matanya meneteskan air mata.
Bocah kelas III SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo ini terus dipeluk Budenya. "Sebelum jatuh, ayah sempat mengirim video penerbangannya ke saya," kenang Lidia saat ditemui sebelum upacara.
Mekanik handal di TNI AL ini gugur bersama pilot dan kru lain. Usai sukses terbang, Hari si jago mesin pesawat ini menujukkan rasa bangganya dengan merekam di video HP.
"Saya menyesal guyon, ngledek ayah karena terbang bersama wartawan. Saya ledek, paling kalau Ayah tidak bakal muncul di berita," guyonan Lidia.
Ternyata, ayahnya masuk berita karena gugur dalam tugas.
Baca: MEWEK Baca Percakapan Wartawan Tribun Jateng dengan Anggota Basarnas Sebelum Heli Jatuh
Remaja ini juga mengenang janji ayahnya yang akan mengajak keliling di kantor Lanudal Juanda, tempat sang ayah bertugas.
Terakhir, dia diajak saat balita dan dia ingin kembali melihat pesawat lalu lalang di Bandara Juanda.
Juga, melihat kembali pesawat militer di tempat ayahnya bekerja. "Saya bangga pada ayah. Saya didorong untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di Jepang kelak. Saya senang," ucap Lidia.
Soal disiplin, ayah Lidia memprioritaskan karakter ini. Lidia kerap kena marah kalau bangun siang melebihi subuh. Ayahnya itu memang pamit mau terbang ke Jateng pada Jumat (30/6/2017) pagi.
Kamis (29/6/2017) malam, almarhum pamit Lidia berangkat ke kantor. Karena kerap ditinggal ayahnya tugas keluar Jawa, Lidia tak khawatir saat dipamiti Hari mau ke Jateng. Daerah ini tidak lebih jauh dari Aceh.
Minggu (2/7/2017) sore, pukul 16.05, Hari masih berkomunikasi di grup Whatsapp keluarga. Namun, pada pukul 16.06, akun media sosial Hari tersebut tak aktif lagi. (Surya.id)