Liputan Khusus
Kemenkumham Akui Ada Petugas Lapas Menyimpang, Tapi . . .
Ad indikasi petugas terlibat dalam jaringan narkoba, sehingga barang terlarang bisa lolos ke dalam lapas, ataupun peredarannya dikendalikan dari lapas
Penulis: yayan isro roziki | Editor: bakti buwono budiasto
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Plt Dirjen Pas) Kemenkumham, Ma'mun mengakui, tak semua petugas di lembaga pemasyarakatan (lapas) atau rumah tahanan (rutan) bersih dari narkoba dan sejumlah tindakan menyimpang lain.
Menurut dia, ada indikasi petugas terlibat dalam jaringan narkoba, sehingga barang terlarang bisa lolos ke dalam lapas, ataupun peredarannya bisa dikendalikan dari dalam lapas.
"Realitasnya ada (indikasi terlibat-Red), tetapi secara umum orangnya sedikit," katanya, di sela agenda kerja di Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham Jateng, Selasa (15/8).
Ma'mun menyampaikan, petugas yang terindikasi terlibat dalam sindikat narkoba akan ditarik ke masing-masing Kanwil Kemenkumham untuk dilakukan pembinaan.
Dia menambahkan, yang bermain dalam sindikat adalah warga binaan yang high risk (risiko tinggi), dengan dibantu oknum petugas.
"(Napi-Red) High risk itu bisa juga dari pidana umum trouble maker (pembuat onar), yang menggunakan hp (hand phone), mengedarkan dan mengendalikan narkoba," ucapnya.
Menurut dia, tugas utama lapas adalah pembinaan, dan sebagian besar warga binaan adalah mereka yang mau berubah dan kooperatif. "Jumlah mereka ini sebetulnya yang lebih besar," sambungnya.
Ma'mun menuturkan, selama ini opini terhadap lapas cenderung negatif. Sehingga, menurut dia, media massa adalah mitra strategis untuk mengubah citra tersebut.
"Di lapas ada yang buruk, tapi yang baik juga ada. Yang jelek tidak harus jadi baiklah, tapi yang proporsional-lah," ucapnya.
Ia pun memastikan tak ada ampun bagi petugas yang nakal. Menurut dia, petugas yang terbukti berbuat nakal akan diberi sanksi tegas.
"Tiap tiga bulan kami umumkan. Kemarin ada 232 yang diproses, di antaranya ada juga yang dipecat, 43 orang kalau tidak salah, termasuk kepala UPT, kalapas juga. Pak Menteri yang langsung bertindak," tegasnya.
Ke depan, Ma'mun menyatakan, akan menitikberatkan langkah pencegahan, baik untuk petugas maupun warga binaan high risk. "Kalau sudah berbuat banyak mudharatnya (napi high risk-Red). Kalau bisa kami cegah kan bisa menguntungkan organisasi maupun individu," jelasnya.
Hukuman
Adapun, Kepala Kanwil Kemenkumham Jateng, Ibnu Chuldun mengungkapkan, hingga Juli 2017 terdapat 13 petugas lapas yang dikenai hukuman disiplin (hukdis). Tiga di antaranya terlibat narkoba, dan semuanya diberhentikan.
"Satu di antaranya dengan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH), dan dua lainnya Pemberhentian Dengan Hormat (PDH)," urainya.
Terpisah, Kalapas Kelas IA Kedungpane Semarang, Taufiqurrakhman mengakui, selama bertugas di lembaga itu sejak Oktober 2016, terdapat seorang oknum petugas yang dipecat karena terlibat dalam sindikat peredaran narkoba.
Selain dipecat, menurut dia, oknum tersebut juga dihukum oleh pengadilan negeri dengan pidana penjara selama 9 tahun.
"Awal-awal saya bertugas di sini, ada petugas yang diringkus BNNP, ada napi dari dalam juga yang diringkus. Setelah dilakukan penggeledahan, ditemukan hp di dalam sel," terangnya.
Dengan adanya kejadian itu, ia berkomitmen untuk terus melakukan upaya-upaya pemberantasan peredaran narkoba, maupun praktik menyimpang lain di Lapas Kedungpane.
"Sekarang, saya lihat sudah ada progres, perkembangannya luar biasa," ucapnya.
Disinggung masih ada kemungkinan petugas yang nakal? Taufiq tak dapat memastikan 100 persen dari total 116 petugas yang ada semuanya bersih. "Mungkin masih ada oknum nakal, tapi sekarang saya jamin 95 persen petugas berintegritas," tegasnya.
Dia menambahkan, saat ini di Lapas Kedungpane terdapat 1.388 warga binaan. Menurut dia, antara jumlah petugas dan jumlah warga binaan yang harus diawasi tak seimbang.
"Tugas pengamanan dibagi dalam tiga shift, tiap shift ada 11 petugas. Ditambah dua petugas yang jaga di pintu utama, dan satu petugas piket," tuturnya.
Taufiq memaparkan, upaya-upaya penertiban di dalam Lapas selalu mendapat perlawanan dari pihak-pihak yang tidak berkenan.
"Merubah fisik bangunan itu gampang, tapi merubah budaya itu tidak gampang, butuh strategi yang matang supaya tidak terjadi resistensi," tandasnya. (yan/tim)