Jokowi Resmikan Tol Bawen - Salatiga, Tapi Gagal Lihat Pemandangan yang Sempat Viral
Presiden Joko Widodo gagal melihat keindahan Gunung Merbabu dari Gerbang Tol (GT) Salatiga, Senin (25/9).
Penulis: suharno | Editor: bakti buwono budiasto
Baca: Sering Konsumsi Apel Bisa Bikin Sehat Lho, Ini Kandungannya
Dia mengatakan, saat tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) diresmikan sejak tahun 1977, banyak negara melihat bahkan mencontohnya. Namun, saat ini, Indonesia tertinggal dari negara lainnya terkait jumlah panjang jalan tol.
"Di China atau di Tiongkok sana, dalam setahun mereka bisa membangun 4.000 sampai 5.000 kilometer per tahun. Lalu setelah saya koordinasi dengan Pak Menteri (PUPR) dan Bu Menteri (Menteri BUMN, Rini Mariani Soemarno), kita wajib bangun 1.800 kilometer jalan tol baru," tegasnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan selama ini problem utama untuk pembangunan jalan tol adalah pembebasan lahan.
Setelah, terlihat permasalahannya, pihaknya juga meminta menteri terkait untuk mempersiapkan segala cara penyelesaiannya.
"Kuncinya kan sudah terlihat, maka ini yang terus kita kejar. Nanti masyarakat bisa tagih janji realisasi jalan tol kepada saya. Saya nanti juga menangih janji ke dua menteri (Menteri PUPR dan Menteri BUMN--Red)," tandasnya.
Bertemu petani
Selain meresmikan jalan tol, Senin kemarin, Jokowi bersilaturahmi dengan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) di Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
Di hadapan para petani Qaryah Thayyibah, Jokowi bertutur tentang pentingnya modernisasi pertanian demi kehidupan petani Indonesia yang lebih sejahtera.
Baca: Ternyata, Perempuan yang Digerebek Selingkuh dengan Debt Collector itu PNS di Solo
"Modernisasi seperti itulah yang kita butuhkan. Dan sudah saya menyampaikan ke Menteri Pertanian agar selalu diikuti, step-step, proses-proses itu sehingga betul apa yang kita lakukan itu menuju pertanian yang modern," katanya.
Lebih jauh, dia mendorong insan pertanian yang tergabung dalam kelompok petani Qaryah Thayyibah Salatiga menjadikan organisasi mereka setara dengan perusahaan pertanian.
"Kalau bisa siapkan pupuk sendiri, buat pabrik pupuk dengan skala besar. Juga dari sisi panen harus dikerjakan bersama-sama, memiliki rice mill sendiri, perontok padi juga sendiri," paparnya. (har/dtc)