Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jokowi Resmikan Tol Bawen - Salatiga, Tapi Gagal Lihat Pemandangan yang Sempat Viral

Presiden Joko Widodo gagal melihat keindahan Gunung Merbabu dari Gerbang Tol (GT) Salatiga, Senin (25/9).

Penulis: suharno | Editor: bakti buwono budiasto
TRIBUN JATENG/SUHARNO
Presiden Joko Widodo menunjukkan uang elektronik yang akan dipakai dalam transaksi di gerbang tol, Senin (25/9/2017). 

 TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Presiden Joko Widodo gagal melihat keindahan Gunung Merbabu dari Gerbang Tol (GT) Salatiga, Senin (25/9).

Saat itu, Jokowi datang ke GT Salatiga untuk meresmikan jalan tol Semarang-Solo seksi III Bawen-Salatiga.

Saat Jokowi datang ke GT Salatiga, kondisi di tempat tersebut mendung.

Bahkan saat Jokowi mencoba kartu tol elektronik (e-toll), hujan lebat mengguyur GT Salatiga.

Baca: Menkopolhukam Benarkan ada Pemesanan Senjata Api, Tapi Hanya Segini

Sebelumnya, saat menyampaikan sambutan di acara peresmian tersebut, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, jika pintu tol Salatiga sempat heboh dan menjadi viral.

Hal tersebut lantaran, keindahan alam yang menjadi latar gerbang tol, yakni Gunung Merbabu.

"Pintu tol Salatiga ini sempat heboh dan menjadi viral karena keindahan alamnya, Pak Presiden," kata Ganjar.

Namun, kata dia, keindahan GT Salatiga ini membawa konsekuensi bagi PT Trans Marga Jateng (TMJ), Pemprov Jateng bersama pihak kepolisian untuk mengamankan GT Salatiga lebih ketat.

Baca: Kuatnya Kedagingan

Sebab, banyak pengguna jalan tol yang hendak berswafoto.

Terutama saat ruas jalan Tol Semarang-Solo seksi III ini dibuka fungsional, pada arus mudik dan balik Lebaran lalu.

"Bahkan saya dan Pak Kapolda (Jawa Tengah, Irjen Pol Condro Kirono--Red) harus berupaya para pengendara tidak berhenti sembarangan di pintu tol ini," ujarnya.

"Klaimnya ini adalah pintu tol terindah di dunia. Tidak tahu benar atau tidak. Kalau tidak, ya kita klaim sendiri," tandas Ganjar.

Sementara itu, Jokowi ini ingin Indonesia mengejar ketertinggalannya dari negara lain,a khususnya di bidang infrastruktur, khususnya jalan tol.

Baca: Sering Konsumsi Apel Bisa Bikin Sehat Lho, Ini Kandungannya

Dia mengatakan, saat tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) diresmikan sejak tahun 1977, banyak negara melihat bahkan mencontohnya. Namun, saat ini, Indonesia tertinggal dari negara lainnya terkait jumlah panjang jalan tol.

"Di China atau di Tiongkok sana, dalam setahun mereka bisa membangun 4.000 sampai 5.000 kilometer per tahun. Lalu setelah saya koordinasi dengan Pak Menteri (PUPR) dan Bu Menteri (Menteri BUMN, Rini Mariani Soemarno), kita wajib bangun 1.800 kilometer jalan tol baru," tegasnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan selama ini problem utama untuk pembangunan jalan tol adalah pembebasan lahan.

Setelah, terlihat permasalahannya, pihaknya juga meminta menteri terkait untuk mempersiapkan segala cara penyelesaiannya.

"Kuncinya kan sudah terlihat, maka ini yang terus kita kejar. Nanti masyarakat bisa tagih janji realisasi jalan tol kepada saya. Saya nanti juga menangih janji ke dua menteri (Menteri PUPR dan Menteri BUMN--Red)," tandasnya.

Bertemu petani

Selain meresmikan jalan tol, Senin kemarin, Jokowi bersilaturahmi dengan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) di Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

Di hadapan para petani Qaryah Thayyibah, Jokowi bertutur tentang pentingnya modernisasi pertanian demi kehidupan petani Indonesia yang lebih sejahtera.

Baca: Ternyata, Perempuan yang Digerebek Selingkuh dengan Debt Collector itu PNS di Solo

"Modernisasi seperti itulah yang kita butuhkan. Dan sudah saya menyampaikan ke Menteri Pertanian agar selalu diikuti, step-step, proses-proses itu sehingga betul apa yang kita lakukan itu menuju pertanian yang modern," katanya.

Lebih jauh, dia mendorong insan pertanian yang tergabung dalam kelompok petani Qaryah Thayyibah Salatiga menjadikan organisasi mereka setara dengan perusahaan pertanian.

"Kalau bisa siapkan pupuk sendiri, buat pabrik pupuk dengan skala besar. Juga dari sisi panen harus dikerjakan bersama-sama, memiliki rice mill sendiri, perontok padi juga sendiri," paparnya. (har/dtc)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved