MIRIS! Begini Kondisi Makam Sang Maestro Wayang Ki Narto Sabdo
Berbagai kegiatan untuk melestarikan kesenian tersebut diselenggarakan di berbagai tempa
Penulis: rival al manaf | Editor: bakti buwono budiasto
Laporan Reporter Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Pada tanggal 7 November 14 tahun lalu UNESCO menetapkan Wayang sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia.
Sejak hari itu, tiap tanggal tersebut dirayakan sebagai Hari Wayang sedunia.
Berbagai kegiatan untuk melestarikan kesenian tersebut diselenggarakan di berbagai tempat.
Di Semarang, perayaan Hari Wayang tidak bisa lepas dari sosok Ki Nartosabdo.
Dalang kelahiran Klaten tersebut memang menjadi maestro di Jateng.
Tidak heran jika setiap perayaan Hari Wayang puluhan dalang selalu melakukan tradisi nyekar di pemakamannya.
Tak berbeda dari hari-hari tahun sebelumnya. Kegiatan nyekar di makam pengarang lagu Caping Gunung dan Gambang Suling itu juga dilaksanakan Senin (6/11/2017).
Baca: Duh! Lagi Begituan, Tiga Pasangan Ini Kena Gerebek Polres Tegal Kota
Memang tidak semeriah tahun lalu, dimana para dalang melakukan kirab dengan membawa foto Ki Nartosabdo, mengenakan pakaian dalang dan berjalan kaki dari Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) hingga ke makam.
Namun kali ini, kehadiran pemuda dari kalangan mahasiswa menjadi pembeda. Tidak banyak memang, hanya hitungan jari jumlahnya.
Meski demikian perjuangan mereka ke makam tidak berjalan mulus. "Ini sudah kali kedua ke makam Ki Nartosabdo, yang pertama kemarin sempat kesasar," jelas salah satu mahasiswa, Purbo Asmoro.
Baca: Apes! Pesan Aksesori Sepeda Motor Lewat Situs Online, Siswa Ini Bingung Barangnya Tak Kunjung Datang
Ia menyayangkan tidak ada penunjuk makam seniman yang lagunya dinyanyikan dalam setiap pelajaran Bahasa Jawa tersebut.
"Dalam bayangan saya makamnya akan mudah ditemukan, layaknya makam tokoh pahlawan nasional," jelasnya.
Pantauan Tribun Jateng, makam Ki Nartosabdo memang berbaur dengan makam umum lainnya. Tidak ada petunjuk bahkan gerbang atau papan nama yang mengarahkan ke tempat peristirahatan pemilik nama asli Soenarto tersebut.
Ketua Paguyuban Pandemen Ki Nartosabdo, Puji Langgeng, Sukirno, menambahkan pihaknya hanya mempunyai kewenangan untuk memperingatkan seluruh pihak untuk ikut merawat dan mengelola makam tersebut.
Baca: Apes! Pesan Aksesori Sepeda Motor Lewat Situs Online, Siswa Ini Bingung Barangnya Tak Kunjung Datang
"Banyak orang di luar sana yang memiliki kekaguman terhadap karya-karya Ki Nartosabdo, namun memang aksesnya untuk ke makamnya tidak mudah tidak ada papan penunjuk sehingga orang-orang yang ingin mengenang beliau sulit menemukannya," bebernya.
Menurutnya dengan terus mengajak para dalang ke makam pada perayaan hari wayang adalah salah satu upaya untuk meramaikan bahwa makam sang maestro wayang berada di Semarang.
"Dahulu pak Gubernur Ismail yang berkuasa mempertahankan bahwa makam Ki Nartosabdo harus berada di Semarang daripada berada di kota kelahirannya Klaten," bebernya.
Ia pun meminta para dalang, seniman, dan seluruh penikmat dan penggemar Ki Nartosabdo untuk ikut bersama-sama setidaknya membuatkan tetenger makam sang maestro agar mudah ditemukan
"Apa masyarakat tidak merasa berhutang budi sementara lagu-lagu yang diciptakan beliau mesti dibawakan di setiap pagelaran wayang kulit, bahlan di sekolah-sekolah, atau radio," pungkasnya. (*)