12 Gadis Suci Banyu Panguripan di Festival Wong Gunung Pemalang
Penyerahan banyu panguripan (air kehidupan) kepada kepala desa menjadi puncak acara Festival Wong Gunung (FWG)
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: Catur waskito Edy
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM,PEMALANG - Penyerahan banyu panguripan (air kehidupan) kepada kepala desa menjadi puncak acara Festival Wong Gunung (FWG) di lapangan Kecamatan Pulosari, Pemalang, Rabu (22/11/2017).
Banyu panguripan dalam kendi atau wadah berbentuk bambu itu diserahkan kepada 12 kepala desa dari Camat Pulosari, Achmadi Setiawan.
Prosesi itu disaksikan sejumlah pejabat Pemerintah Kabupaten Pemalang.
"Air yang berada di wadah bambu tersebut merupakan air dari beberapa mata air di Gunung Slamet," kata Kepala Desa Pulosari yang juga Ketua Panitia FWG, Teguh Setyo Widodo.
Ia menceritakan, pada Selasa (21/11/2017) siang hingga sore, tujuh pemuda diberikan mandat untuk mengambil banyu panguripan di mata air yang berada di Gunung Slamet.
Mereka mengambil air dari tujuh sumber mata air berbeda, yakni Sendang Gombong, Suyud, Sipendok, Jurug Kinang, Silangse, Cikunang dan Sences.
Menurutnya, ketujuh orang yang diberi tugas untuk mengambil air di tujuh sendang panguripan itu adalah orang- orang pilihan.
Sudah teruji secara lahir, batin dan fisik serta mempunyai pengalaman untuk melakukan perjalanan mengambil banyu panguripan di tujuh sumber mata air itu.
Mereka juga harus tetap menjaga etika selama di perjalanan, agar selamat sampai tujuan.
"Air tersebut kemudian dibawa turun dan disatukan dalam satu wadah. Selanjutnya, dituangkan ke dalam 12 wadah tersebut," jelasnya.
Lalu, dilakukan ruwat banyu panguripan melalui doa- doa.
Ruwat banyu panguripan sebagi wujud permohonan masyarakat Pulosari yang setiap musim kemarau mengalami kekeringan.
Mereka memohon kepada Allah SWT agar warga Pulosari tidak lagi dilanda bencana kekeringan.
Baru pada Rabu pagi, banyu panguripan dalam 12 wadah diarak saat pawai menuju lapangan kecamatan setempat.
Dalam pawai juga ditampilkan gunungan hasil bumi dan seni budaya masing- masing desa.
"Sebelum diserahkan kepada 12 kepala desa, banyu panguripan dibawa 12 gadis dari masing- masing desa. Mereka merupakan simbol dari kesucian," kata Tyo, sapaan akrabnya.
Setelah diterima kepala desa masing- masing, banyu panguripan akan dituangkan di sumber mata air yang ada di 12 desa itu.
Sementara, Bupati Pemalang, Junaedi, dalam sambutan yang dibacakan Sekretaris Daerah Kabupaten Pemalang, Budhi Raharjo, berharap dengan diberikannya banyu panguripan dari tujuh sendang di lereng Slamet itu, dua belas desa di Kecamatan Pulosari diberkati oleh Tuhan yang Maha Esa.
"Semoga dua belas desa tersebut makmur, sejahtera dan selalu dalam lindungan tuhan karena selalu diberkati," ucapnya.
Sementara, Camat Pulosari, Achmadi Setiawan, menuturkan bencana yang kerap terjadi di Pulosari yakni kekeringan.
"Yang sering terjadi bencana kekeringan saat musim kemarau, hampir tidak ada air bersih. Saat musim hujan seperti ini jarang terjadi bencana, longsor juga tidak ada," ucapnya.
Ia berharap, melalui Festival Wong Gunung itu, doa masyarakat Pulosari, yakni terhindar dari bencana kekeringan.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/festival-wong-gunung-pemalang_20171122_194707.jpg)