Liputan Khusus
Nona Sebut Ayam Kampus di Semarang 'Profesi' Pilihan Instan
Hal itu berkaitan dengan life style seseorang, sehingga ada remaja yang memilih jalan instan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) kuliahan.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Fenomena ayam kampus bukanlah hal baru, hanya saja eksistensinya tidak begitu tampak.
Demikian disampaikan Koordinator Pusat Informasi dan Layanan Remaja (Pilar) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Semarang, Nona Yabloy.
Menurut dia, pilihan menjadi ayam kampus biasanya rata-rata disebabkan karena faktor lingkungan dan gaya hidup.
Hal itu berkaitan dengan life style seseorang, sehingga ada remaja yang memilih jalan instan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) kuliahan.
“Jadi bagaimana gaya hidup ini bisa dipenuhi, tetapi ternyata kemampuan financial tidak mendukung, Sehingga jatuhlah pada pilihan instan menjadi ayam kampus,” ujarnya, kepada Tribun Jateng, baru-baru ini.
Meski awalnya sekedar menemani makan atau jalan-jalan, yang penting bagi mahasiswi itu dirinya bisa mendapat uang serta dipenuhi setiap keinginannya.
Dengan memiliki uang, hahasiswi plus-plus itu akan merasa bisa bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, dan memiliki barang yang sama dimiliki oleh orang lain.
Nona menuturkan, pilihan menjadi ayam kampus bukan soal kebutuhan tapi hasrat yang ingin dipenuhi seseorang tapi dia tidak punya kuasa untuk memenuhi keiinginannya itu.
“Dia terlihat keren tanpa dia pedulikan risikonya, yang penting bagaimana dia bisa diterima di kalangannya, dan dipandang oleh orang lain bahwa dia memiliki semua hal yang diinginkan oleh orang lain,” imbuhnya.
Nona berujar, cara mengobati seseorang yang sudah menjadi ayam kampus adalah dengan menyadari diri sendiri dengan apa yang telah dibuat sebenarnya menyakiti orang lain. Baik keluarga tau pasangannya.
"Bahkan sebenarnya dia sudah menyakiti dirinya sendiri tanpa disadari. Sebab dia tidak menjadi apa adanya," jelasnya.
Sehingga, menurut dia, perlu ada kesadaran diri, dan itu butuh dukungan orang-orang terdekat. Meyakinkan bahwa terpenting adalah belajar untuk menerima kelebihan dan kekurangan diri.
“Perlu ada kesadaran diri bahwa apa yang dilakukannya salah. Gaya hidup tidak harus menjadi orang lain. Uang bukan segalanya, apa yang diinginkan belum tentu dibutuhkan,” paparnya.
Untuk mencegah maraknya fenomena ayam kampus berkembang, Nona menyatakan, kalangan universitas juga perlu memberikan informasi yang benar terkait dengan risiko seksualitas atau seks bebas.
Seperti kehamilan tidak diinginkan, HIV AIDS, hingga kekerasan dalam relation.
Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan lapangan pekerjaan atau mendirikan pusat ketrampilan agar remaja bisa diarahkan ke hal-hal positif.
"Apabila hal itu semua sanggup dilakukan, maka fenomena ayam kampus bisa dihilangkan atau diminimalisir," tandasnya. (tim)