Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tahun Baru Imlek

Tahun Baru Imlek Khas dengan Lampion. Ternyata Begini Artinya

Apalagi kalau bukan lampion. Bukan Imlek rasanya kalau tidak ada lampion-lampion yang bergelantungan.

Penulis: Puspita Dewi | Editor: suharno
TRIBUN JATENG/WILUJENG PUSPITA DEWI
Andrian Cangianto, seorang Pengamat Budaya Tionghoa saat ditemui Tribunjateng.com di Klenteng Tek Hay Bio, Semawis, Semarang, Jawa Tengah. Senin (12/2/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Wilujeng Puspita Dewi

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Perayaan tahun baru Imlek, tidak pernah terlepas dari salah satu atribut budaya yang berbentuk bulat dan berwarna merah menyala.

Apalagi kalau bukan lampion. Bukan Imlek rasanya kalau tidak ada lampion-lampion yang bergelantungan.

Pengamat Budaya Tionghoa, Andrian Cangianto menuturkan, lampion bukanlah sekedar hiasan penghias Imlek semata.

"Lampion yang digantung di langit-langit atap, mengantarkan doa kepada penguasa langit. Biasanya dipasang untuk menyambut bulan satu atau tahun baru Imlek," tuturnya saat ditemui Tribunjateng.com di Kelenteng Tek Hay Bio, Semawis, Semarang, Jawa Tengah. Senin (12/2/2018).

Baca: Meriahkan Imlek, Ciputra Mall Akan Adakan Dog Show

Di bawah lampion merah tersebut, terdapat selembar kertas yang menggantung di bawahnya.

Andrian Cangianto menuturkan, kertas tersebut adalah harapan-harapan milik jemaat Klenteng Tek Hay Bio.

Tidak banyak orang yang tau, sebenarnya dalam satu tahun, ada tiga kali pemasangan lampion menurut budaya Tionghoa.

"Tidak melulu lampion digantung di atas. Dalam satu tahun ada tiga kali penyampaian harapan lewat lampion. Yaitu bulan 1 untuk penguasa langit dengan cara digantung. Kemudian pada bulan ke 7 untuk Dewa Air dengan cara melarungkan lampion ke sungai, serta bulan ke 10 dengan meletakannya di tanah, untuk penguasa bumi," tutur Andrian.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved