Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

FOCUS

Petaka Jayadrata

Petaka Jayadrata, Tajuk ditulis oleh Wartawan Tribun Jateng, Achiar M Permana, terbit di koran tribun jateng 7 Maret 2018

Penulis: achiar m permana | Editor: iswidodo
tribunjateng/bram
Tajuk ditulis oleh Wartawan Tribun Jateng, Achiar M Permana 

Tajuk ditulis oleh Wartawan Tribun Jateng, Achiar M Permana

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Syahdan, Jayadrata hampir saja selamat, jika saja dia tidak terpedaya oleh kabar palsu tentang Arjuna yang menemui ajal lantaran menjalani pati obong. Ya, matahari kian lingsir, dan itu artinya, Arjuna yang bersumpah "akan membakar diri bila tidak berhasil menewaskan Jayadrata sebelum sang surya tenggelam" harus segera melaksanakan niatnya.

Kubu Pandawa mulai gelisah. Putra Pandu harus kehilangan ksatria terbaiknya: Sang Lelananging Jagad, Arjuna. Mereka tidak bisa membayangkan, Arjuna--satria yang selalu memenangi pertempuran--harus mati hanya karena gara-gara ksatria semenjana macam Jayadrata.

Jayadrata merupakan aktor di Abimanyu Ranjap, kematian Abimanyu yang mengenaskan. Oleh akal bulusnya, Abimanyu--putra kesayangan Arjuna--mati mengenaskan setelah para Kurawa mengeroyoknya.

Arjuna yang marah kemudian bersumpah akan membunuh Jayadrata sebelum matahari terbenam. "Kalau sampai Jayadrata tidak menemui ajal sebelum matahari terbenam, aku akan menjalani pati obong (membakar diri--Red)," kata Arjuna, dalam geram.

Demi menyelamatkan Jayadrata, para Kurawa menyembunyikan putra angkat Begawan Sempani itu dalam sebuah gedhong waja, tempat persembunyian yang sangat kuat.

Jayadrata harus bersembunyi sampai matahari terbenam sehingga Arjuna gagal mewujudkan niatnya.

Pada saat itulah, Kresna--penasihat cum pengatur strategi para Pandawa--mengambil peran.
Sang titisan Batara Wisnu itu mengeluarkan senjatanya, Cakra Baskara, untuk menutupi matahari.

Hari pun seolah menjelang rembang petang. Pada saat yang sama, dia menyuruh para prajurit Pandawa menyiapkan kayu bakar untuk--seolah-olah--menyiapkan pati obong bagi Arjuna, dan kemudian berteriak keras-keras, "Arjuna mati obong! Arjuna mati obong!"

Teriakan para prajurit Pandawa itu terdengar sampai ke perkemahan prajurit Kurawa.

Jayadrata yang tengah bersembunyi di Gedhong Waja pun mendengarnya. Terdorong oleh rasa penasaran, dia pun membuka jendela dan melongokkan kepalanya.

"Wusssh!" Panah Pasopati melesat secepat kilat. Senjata andalan Arjuna itu tidak pernah salah memilih sasaran. Kali ini, leher Jayadrata yang menjadi sasarannya. Ksatria yang--konon--tercipta dari ari-ari Werkudara itu pun menemui ajal.

Saat itulah, Kresna menarik Cakra Baskara. Dan, hari pun kembali benderang. Memang, petang belumlah datang.

Kisah kematian Jayadrata, sebenarnya, kisah tentang berita palsu yang telah ada sejak lama. Kabar palsu, yang kini kita mengenalnya sebagai hoax, telah ada sejak zaman pewayangan. Biasanya, kabar palsu menjadi bagian dari strategi perang untuk mengelabui musuh.

Teriakan para prajurit Pandawa "Arjuna mati obong! Arjuna mati obong!" tidak lain merupakan hoax, untuk mengelabui Jayadrata yang tengah bersembunyi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved