Kisah Mantan Pebulu Tangkis Nomor Satu China yang Kini Menetap di Klaten
Saat karirnya mencapai puncak, Huang Hua, yang asal Nanning, Guangxi, China itu memilih mundur dari dunia perbulutangkisan.
Bagi Huang Hua, melatih sebuah tim butuh totalitas waktu dan pikiran.
Keberadaannya sebagai ibu rumah tangga yang harus menjaga tiga anak dan dan tinggal jauh dari Jakarta menjadi alasannya menolak tawaran jadi pelatih pemain putri Indonesia.
"Setelah saya bicara dengan suami dan anak-anak bila saya jadi pelatih saya harus ke Jakarta. Semua waktu harus fokus melatih makanya bagi saya sangat berat. Apalagi bisnis suami saya semuanya di sini," kata Huang Hua.
Menurut dia, menjadi pelatih tidak bisa sambilan. Seorang pelatih yang baik harus mendedikasikan waktu dan tenaganya secara penuh untuk melatih pemainnya menjadi yang terbaik.
"Semua pelatih yang saya lihat penuh dengan dedikasi dan tidak bisa bekerja sambilan. Jadi pelatih juga harus mengikuti seluruh perkembangan pemain," ungkap Huang Hua.
Tentang tim putri bulu tangkis Indonesia saat ini, Huang Hua menilai tim tunggal putri Indonesia masih butuh perjuangan.
Ia menilai pemain tunggal putri Indonesia main kurang percaya diri.
"Saya lihat pemain ladies single main kurang percaya diri. Padahal saya lihat mereka latihannya keras lho. Dan sekarang masih dibenahi sama Susi," jelas Huang Hua.
Bagaimana caranya menumbuhkan rasa percaya diri? Huang Hua menyatakan, mental dan teknis mainnya harus kuat.
Ia mencontohkan pemain tunggal putri India dan Jepang yang berjuang gigih dan pantang menyerah saat bertanding.
Huang Hua pernah mencoba melatih tiga putranya saat masih kecil, yaitu Tjandra Michael (22), Tjandra Christian (18), dan Tjandra William (18) agar tertarik bermain bulutangkis. Namun rupanya tiga putranya itu tak tertarik.
"Saat masih kecil saya pernah coba ajarkan mereka latihan. Saya ingin waktu itu anak saya lebih baik dari saya. Tetapi rupanya mereka tidak menyukai bulu tangkis, " kata Huang Hua tersenyum. (Muhlis Al Alawi/kompas.com)