Satu Desa dengan Parinah, 17 Tahun TKI Turniati Hilang Kontak, Surat Terakhirnya Jadi Pertanda
Ia akhirnya bisa kembali ke kampung halaman di Banyumas setelah 18 tahun hilang kontak dengan keluarga karena kungkungan sang majikan
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG COM, BANYUMAS - Kasus perbudakan modern yang dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Desa Petarangan Kemranjen Banyumas, Parinah sempat mengegerkan publik.
Ia akhirnya bisa kembali ke kampung halaman di Banyumas setelah 18 tahun hilang kontak dengan keluarga karena kungkungan sang majikan.
Kasus hilangnya TKI di negara penempatan ternyata bukan kali ini saja terjadi. Kasus serupa menimpa buruh migran lain yang masih satu desa dengan Parinah.
Dialah Turniati binti Mintarja asal Desa Petarangan, Kemranjen Banyumas.
Turniati dilaporkan hilang kontak dengan keluarga selama 17 tahun.
Cerita kepergian Turniati ke luar negeri berawal pada tahun 2000 silam. Ia saat itu mulai mengurus keberangkatannya ke luar negeri.
Hingga tahun 2001, ia yang saat itu masih lajang berhasil mendapatkan majikan.
Turniati akhirnya meninggalkan keluarganya di kampung dan berangkat ke Kuwait untuk menjemput pekerjaannya.
Tetapi kepergian Turniati ke luar negeri menyisakan duka pada akhirnya. Ia hilang kontak dengan keluarga dan tak diketahui keberadaannya.
Kedua orang tua Turniati, Mintarja dan Semi harus menahan kerinduan selama belasan tahun untuk berjumpa dengan putrinya. Rindu itu bercampur gelisah karena nasib anaknya yang tak jelas di negeri orang.
Kini dua orang tua merana itu telah rapuh termakan usia. Pendengaran Mintarja sekarang mulai berkurang. Sedangkan Semi, mulai menunjukkan gejala pikun.
Di usia yang lanjut, seharusnya mereka tinggal merengkuh bahagia sembari ikut mencicipi hasil jerih payah anaknya yang bekerja luar negeri.
Tetapi mereka masih harus menanti kepulangan Turnati, dengan umur yang tersisa, bergelimang nestapa.
Kepala Desa Petarangan, Zaenul Mustofa mengatakan, Turniati sempat berkirim surat sebanyak tiga kali di awal keberangkatannya ke Kuwait, 2001. Melalui surat itu, ia mengabarkan telah memperoleh majikan.