Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kerusuhan di Mako Brimob

Briptu Fandi Gugur di Mako Brimob, Jam Tangan Hitam Pemberian Komandan Jadi Tanda

Suasana duka di rumah Briptu Fandi di Perum Kopri, Kecamatan Magelang Utara, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/5/2018)

Penulis: hermawan Endra | Editor: iswidodo
tribunjateng/hermawan endra
Suasana duka di rumah Briptu Fandi di Perum Kopri, Kecamatan Magelang Utara, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/5/2018) 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Hermawan Endra Wijonarko

TRIBUNJATENG.COM, MAGELANG - Sebuah tratak tenda panjang terpasang di depan rumah bercat kuning, kediaman dari Briptu Fandi Setio Nugroho salah satu korban yang gugur di Mako Brimob, Rabu (9/5) malam.

Puluhan pelayat silih ganti datang di rumah duka yang beralamat di Jalan Duku II 30 Perum Kopri, Kecamatan Magelang Utara, Magelang, Jawa Tengah. Tak sedikit dari mereka mengenakan seragam polisi, Kamis (10/5/2018) pagi.

Kakak korban, Erik Kristianto menyalami setiap tamu yang hadir. Sedangkan Ayah korban, terlihat berada di tengah tenda membaur dengan para pelayat. Mereka menunggu jenazah tiba di rumah duka.

Informasinya jezanah akan tiba ke rumah duka di Magelang pada Kamis (10/5) pukul 09.00 melalui bandara Yogyakarta. Lalu akan dimakamkan di TPU Kuncen, yang berada dekat dengat komplek perumahan.

Ibu korban, diketahui sedang berada di Jakarta. Ketika mendapat kabar anaknya menjadi salah satu korban meninggal, ia yang sedang berdinas di Semarang langsung bertolak menuju Jakarta untuk menjemput jenazah.

Di mata warga sekitar, Briptu Fandi Setio Nugroho dikenal sebagai sosok yang pintar bersosialisasi dengan masyarakat. Almarhum lahir dan tumbuh besar di Magelang, hingga akhirnya meneruskan profesi ibu sebagai anggota polisi.

Semenjak menjadi polisi, mendiang tinggal di Jakarta bersama istri dan seorang anak. Namun, hampir setiap bulan pulang ke daerah kelahiran sekaligus rumah orang tuanya di Magelang.

"Kalau pulang pasti kumpul-kumpul dengan masyarakat. Orangnya baik dan ramah, dapat istri dokter orang Malang tapi keduanya kerja di Jakarta. Kasihan anaknya masih kecil, baru berusia delapan bulan, " kata tetangga korban, Badri.

Ayah almarhum, Rumpoko mengaku syok dengan kejadian itu. Ketika mendengar kabar anaknya menjadi korban, ia sedang berada di rumah, usai pergi melayat tetangga.

Ia tak habis pikir anak bungsunya dari dua bersaudara menjadi korban. Tak ada firasat atau pun hal lain sebelum kejadian ini terjadi. Rumpoko pun tidak mengetahui bagaimana cerita kronologis pertumpahan darah di Mako Brimob yang merenggut nyawa Fandi.

"Selama ini Fandi ngak pernah cerita kalau lagi ada masalah. Mungkin ceritanya dengan kakak atau ibunya. Sebab Fandi lebih dekat dengan ibu, kalau curhat pasti ke ibunya," kata Rumpoko.

Sementara itu, kakak korban, Erik Kristianto bercerita bahwa saat mendengar kabar adiknya meninggal dirinya sedang berada di Blora rumah nenek. Ia pun langsung pulang ke Magelang.

Kepada Tribun Jateng, Erik terang-terangan mengatakan, adiknya sempat bercerita ingin pindah tugas ke daerah, Semarang atau Yogyakarta. Sebab almarhum mengaku ingin mencari pengalaman baru. Dia sudah tiga tahun tugas di Densus 88, di Jakarta.

"Kalau saya itu inginnya adik pindah ke Magelang, supaya dekat dengan keluarga," imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved