FOCUS
Jangan Sampai Terbit Perpu
Jangan Sampai Terbit Perpu.Tajuk ditulis oleh wartawan Tribun Jateng, Cecep Burdansyah
Penulis: cecep burdansyah | Editor: iswidodo
Tajuk ditulis oleh wartawan Tribun Jateng, Cecep Burdansyah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi persaudaraan dan perdamaian, nurani kita semua pasti tercabik dengan peristiwa rangkaian kekerasan yang terjadi, mulai dari kerusuhan di Mako Brimob yang menewaskan para polisi muda, hingga ledakan bom yang terjadi di Surabaya, Minggu (13/5) dan Senin (14/5). Untuk para korban yang gugur dalam tugas, para warga sipil dan polisi yang tak berdosa, termasuk anak-anak yang masih polos yang dibawa pelaku, kita doakan semoga mendapat tempat yang layak di sisi Allah.
Rangkaian kekerasan itu menyentak di saat kita menghadapi tahun politik, baik pemilihan kepala daerah, pemilu legislatif maupun pemilihan presiden. Kita berharap kejadian ini tidak menjadi komoditas politik untuk meraih keuntungan jangka pendek. Bila ada partai politik, politikus atau siapa pun yang memanfaatkan aksi kekerasan ini untuk kepentingan politik praktis, berarti telah mengorbankan kepentingan bangsa. Keutuhan bangsa, perdamaian dan kemanusiaan harus kita pegang teguh sebagai bangsa yang direkatkan oleh Pancasila.
Kita semua maklum target atau tujuan dari para teroris itu. Pertama, mereka ingin menciptakan ketakukan dan kepanikan. Jika masyarakat dan pemerintah panik, mereka bersorak karena merasa berhasil. Kedua, mereka ingin terjadi kekacauan di masyarakat dalam mengonsumsi informasi, karena itu berita-berita hoaks selama dua hari ini terasa kencang sehingga membingungkan masyarakat. Berita yang kredibel dan hoaks menjadi sulit dibedakan di masyarakat awam.
Ketiga, mereka berharap terjadi perbedaan pendapat yang tajam di antara para politikus dan pemerintah. Apabila di antara para politikus saling menyerang, menyalahkan, terlebih antara politikus dan pemerintah, mereka bersorak dan menganggap tujuannya berhasil. Terakhir, menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap negara. Apabila negara, dalam hal ini aparat pemerintahan sudah kehilangan kepercayaan dari masyarakat, para teroris merasa sukses . Dengan kondisi seperti itu, mereka menjadi lebih leluasa melaksanakan aksi kejinya. Dan rakyat terus jadi korban.
Menghadapi aksi teror yang masif dan sangat berani, di antaranya menantang dengan meledakkan bom bunuh diri di markas Polrestabes Surabaya, kita semua harus solid dan mendukung aparat penegak hukum menyelesaikan tugasnya. Yang tak kurang penting, di kalangan akar rumput sebaiknya menghindari kicauan di media sosial yang memancing konflik horisontal, lalu politikus di Senayan dan pemerintah mencari solusi terbaik untuk pencegahan dini aksi teror berikutnya.
Pekerjaan rumah yang sedang dihadapi para politikus di DPR dan Pemerintah saat ini adalah merampungkan draft revisi UU Terorisme. Draft tersebut sudah dua tahun tak selesai karena adanya kontroversi pasal-pasal tertentu. Di antara fraksi belum mencapai kata sepakat, terutama pelibatan militer dalam mencegah aksi teror.
Kita maklum dalam menyelesaikan draft UU Terorisme menjadi UU memang selalu terjadi perdebatan. Itu hal biasa di negara demokratis. Namun apabila berlarut-larut , akhirnya rakyat juga yang jadi korban. Aksi teror kembali marak sebelum draft revisi UU itu rampung.
Presiden Jokowi akhirnya mengeluarkan pernyataan kemarin, jika DPR tidak juga merampungkan draft revisi UU Terorisme sampai Juni tahun ini, ia akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Jika ini yang terjadi, maka para teroris merasa sukses. Sebuah Perpu terbit menunjukkan siutuasi dan kondisi genting. Bukankah ini yang diharapkan oleh mereka? Untuk itulah, cari kata sepakat dengan niat untuk keamanan negara dan bangsanya. (tribunjateng/cetak/cep)