Dipetik dari Pohon Aren, Begini Buah Kolang Kaling Dihasilkan
Hampir semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomi, termasuk buahnya
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Sutikno menjual kolang-kaling mentah itu ke pemilik industri makanan dari Kota Semarang.
"Langsung diambil dengan truk dari Semarang, di sana nanti diproses lagi,"katanya
Usaha kolang-kaling tidak pernah ada matinya seiring dengan tingginya permintaan pasar. Tetapi sumber bahan baku bisa terancam habis atau mati.

Saat permintaan tak terbendung, populasi tanaman Aren justru semakin berkurang. Sutikno kini merasakan sulitnya menemukan petani yang mau menjual buah kolang kalingnya.
Banyak pohon Aren di kebun-kebun warga yang ditebang hingga populasinya terus menyusut. Petani lebih memilih mengalihkan lahannya untuk ditanami tanaman lain yang lebih menguntungkan.
Kebun-kebun warga yang mulanya dipenuhi pohon Aren disulap jadi penuh tanaman musiman atau tahunan, semisal sayuran atau salak.
Kondisi ini tentu ikut menggusur mata pencaharian orang seperti Sutikno sebagai tengkulak kolang kaling, termasuk buruh angkut atau pemetik kolang kaling.
Kini, dalam setahun, ia dan teman-temannya hanya bisa memetik dan menjual buah kolang kaling empat kali dalam setahun. Padahal, dahulu ia hampir setiap bulan bisa memetik dan menikmati keuntungan dari bisnis tersebut.
"Sekarang susah cari pohon Aren sudah semakin jarang, gak seperti dulu,"katanya
Menurut Sutikno, pohon Aren sebetulnya termasuk tanaman yang cukup menguntungkan secara ekonomi. Hampir seluruh bagian tanaman bisa dimanfaatkan. Nira Aren dapat dimanfaatkan untuk minuman manis atau gula Aren. Ijuknya bisa digunakan untuk atap rumah, atau sapu. Serta batangnya bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan.

Dan tentu saja, buah tanaman itu bisa jadi bahan beragam produk makanan atau minuman segar.
Sayang, selama ini tanaman Aren di wilayah ini belum termanfaatkan dengan baik. Petani lebih banyak memanfaatkan niranya untuk pembuatan gula Aren. Sementara untuk pemanfaatan bagian tanaman lain untuk bahan industri belum ditekuni warga.
Buah kolang kaling pun hingga saat ini masih dijual mentahan ke tengkulak atau pengusaha. Belum terlihat usaha kecil yang mengolah buah mentah ini menjadi kolang-kaling siap saji. Wajar nilai ekonomi yang didapatkan petani selama ini masih kecil. (*)