Kurs Rupiah
Pemerintah Minta Eksportir Pindahkan Dana untuk Penguatan Rupiah
Pemerintah Minta Eksportir Pindahkan Dana untuk Penguatan Rupiah. Permintaan itu disampaikan guna menguatkan mata uang rupiah
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Pemerintah meminta pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) untuk memindahkan dana hasil eskpornya ke dalam negeri dan mengubahnya menjadi rupiah.
Permintaan itu disampaikan guna menguatkan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) di tengah kondisi perekonomian dalam negeri saat ini.
"Ini diharapkan agar pengusaha ikut membantu penguatan rupiah dengan menukarkan (hasil ekspor - Red) dalam mata uang dollar ke dalam rupiah," kata Ketua Umum Kadin Rosan P Roeslani dalam jumpa pers selepas pertemuan dengan pemerintah di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (15/8) kemarin.
Pertemuan itu dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan serta para pengusaha dari berbagai sektor yang tergabung dalam Kadin.
Baca: Rupiah Tembus Rp 14.644, Faktor Krisis Turki Ikut Berpengaruh
Baca: Hari Ini Rupiah Dibuka Menguat ke Posisi Rp 14.442 Per Dolar AS
Dalam pertemuan tersebut Rosan memastikan pengusaha bakal memenuhi permintaan pemerintah. Rosan juga meminta agar pemerintah bisa memberikan kepastian kepada pengusaha terkait hal itu. "Di satu sisi dengan memberikan kepastian hal itu dapat dilakukan dengan opsi yang diberikan BI tentang kepastian saat pengusaha butuh dollar AS dapat diberikan dengan suku bunga yang baik," ucap Rosan.
Perpindahan dana hasil ekspor dari pengusaha itu juga tak terlepas dari kenyataan baru ada 80 persen hingga 81 persen dana hasil ekspor yang masuk ke Indonesia. Dengan demikian, masih ada 19 persen-20 persen sisanya yang masih belum masuk ke Indonesia.
"Dari 80 sampai 81 persen itu baru 15 persen yang ditukarkan ke dalam mata uang rupiah. Maka dari itu pemerintah berharap agar pengusaha mulai memindahkan dan menukarkan dana hasil ekspornya," jelas Rosan.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Ia mengimbau para eksportir untuk membawa kembali devisa hasil ekspor dan mengonversikannya ke mata uang rupiah. Cara itu dnilai bakal membantu pemerintah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dlolar Amerika Serikat (AS).
“Kami sudah bicara dengan pihak swasta para eksportir untuk membawa dolarnya ke dalam negeri, tidak hanya masuk di bank dalam negeri untuk membawa devisa tetapi juga untuk stay di dalam negeri lebih lama," kata dia, Senin (13/8).
Selain mengimbau, Sri Mulyani juga mengatakan pemerintah siap memberikan insentif kepada para eksportir. Insentif tersebut dibuat agar mempermudah jalan para eksportir membawa pulang devisa ke Tanah Air dan mengonversikannya ke rupiah.
"Maka pentingnya membawa devisa kembali dan meningkatkan suplai dolar menjadi penting, itu adalah menggunakan moral solution dan monitoring yang kami lakukan," sambungnya.
Dengan pelemahan rupiah, Sri Mulyani melanjutkan, pihaknya akan terus melakukan monitoring terhadap seluruh neraca, baik anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), BUMN, swasta yang bakal terdampak dari sentimen global. “Kami akan secara waspada melihat berbagai macam neraca untuk mengindentifikasi apakah ada sektor yang dianggap rapuh atau yang mungkin terkena lebih besar dari dinamika global," ujarnya.
Sebagian Setuju
Sebelumnya, Kamis (26/7) silam, Presiden Joko Widodo juga mengundang sekitar 40 pengusaha yang berorientasi ekspor ke Istana Bogor. Presiden meminta para eksportir itu untuk membantu pemerintah dalam mengatasi pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Salah satu caranya dengan meminta mereka menarik uang yang disimpan di luar negeri dan menukarnya ke rupiah.
"Pak Presiden melihat ada gejolak mata uang dan lain-lain. Tadi Presiden menanyakan apakah para pengusaha ini mau untuk pertama, taruh uang hasil ekspornya ke Indonesia karena menurut data hanya 15 persen (uang) yang ditaruh di Indonesia, sisanya masih di luar," ujar Rosan kala itu.
Menurut Rosan, sebagian eksportir yang hadir mengaku akan mempelajari dulu permintaan Jokowi. Kendati demikian, ada juga eksportir yang langsung menyatakan setuju karena mereka menyadari hal itu adalah untuk kepentingan nasional.
Rosan mengatakan, hambatan paling besar bagi eksportir menarik dananya ke Indonesia karena mereka memiliki pinjaman di bank di luar negeri. "Nah pinjamannya ini, bank yang meminjamkan ini mau uangnya ditaruh di bank-nya. Walaupun tadi ada usulan, ya kita cari bank-nya. Walaupun bank asing tapi ada cabang di Indonesia," ucap dia.