BERITA LENGKAP: Pengusaha Tabrakkan Mercy ke Pemotor hingga Tewas, Kriminolog: Ada Unsur Kesengajaan
Titik terang mengenai penyebab meninggalnya Eko diungkapkan oleh Wakasatreskrim Polresta Solo, AKP Sutoyo, Kamis (23/8).
TRIBUNJATENG.COM, SOLO -- Penyebab kematian Eko Prasetio (28), pemotor yang terlibat kecelakaan dengan pengemudi mobil Mercedes Benz nopol AD 888 QQ di Jalan KS Tubun, tepatnya di samping Mapolresta Solo, Rabu (22/8) terungkap.
Peristiwa yang menewaskan Eko ternyata bukanlah kecelakaan biasa. Sang pengemudi Mercy, Iwan Adranacus (40) diduga dengan sengaja menabrak Eko.
Iwan adalah seorang pemilik pabrik cat di Karanganyar, Solo.
Penyebabnya, Iwan emosi karena beberapa saat sebelum kejadian, mobilnya ditendang oleh Eko di jalan raya.
Titik terang mengenai penyebab meninggalnya Eko diungkapkan oleh Wakasatreskrim Polresta Solo, AKP Sutoyo, Kamis (23/8).
AKP Sutoyo memaparkan, pada saat sebelum kejadian, Iwan dan ketiga temannya yang menaiki mobil Mercy berwarna hitam makan siang di rumah makan Adem Ayem Jalan Slamet Riyadi Solo.
Setelah makan siang, mereka berempat pulang ke kediaman Iwan yang berada di kawasan Jalan Menteri Supeno Solo.
Untuk mencapai rumahnya, mobil tersebut melewati rute Pasar Nongko Solo.
"Sampai di bangjo (lampu merah) Jalan RM Said setelah pasar, mereka cekcok dengan pemotor Eko Prasetio karena mobil Mercy dianggap menghalangi motor Eko. Sampai-sampai Eko menendang mobil tersebut," jelasnya.
Tak terima, salah satu teman Iwan Adranacus turun dan memukul helm Eko di Jalan RM Said tersebut. Tetapi keadaan mereda saat mobil dan motor itu berpisah arah.
AKP Sutoyo mengatakan mobil mercy terus melanjutkan perjalanan. Ketiga teman Iwan dibawa pulang ke rumah Iwan di kawasan Jalan Menteri Supeno atau sekitar Stadion Manahan.
Rencananya, Iwan akan mengantar teman-temannya ke Bandara Adi Soemarmo Boyolali sore harinya.
Tetapi lagi-lagi, Eko yang mengendarai motor Honda Beat AD 5435 OH mendekati mobil Mercy Iwan yang diparkir di pinggir jalan. Eko kemudian menendang bagian mobil tersebut.
AKP Sutoyo mengatakan, karena tak terima, Iwan akhirnya mengejar sendiri Eko menggunakan mobil Mercy.
"Akhirnya sampai di Jalan KS Tubun atau samping Polresta Solo, Iwan menabrakkan mobilnya ke motor Eko. Akibatnya Eko terpental dan terseret sejauh 13 meter. Akibat luka parah, Eko meninggal di lokasi kejadian," jelas dia.
Disinggung apakah pelaku dalam pengaruh miras atau narkoba saat melakukan aksi kejinya tersebut, AKP Sutoyo mengatakan tidak.
"Langsung aparat Polresta Solo melakukan tes urine ke pelaku dan tiga orang rekannya yang sempat berada di dalam satu mobil. Semuanya negatif," urai dia.
Terkait motif yang dilakukan Iwan, AKP Sutoyo menjelaskan perbuatan tersebut dilakukan secara spontanitas, serta tak ada unsur lain seperti dendam pribadi atau permasalahan lain.
Lebih jauh ia memaparkan Iwan Adranacus ditetapkan sebagai tersangka sejak Rabu malam. Barang bukti yang berhasil diamankan di antaranya mobil pelaku, sepeda motor korban, helm korban, hingga HP korban.
"Pelaku diancam pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, subsider pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan menyebabkan kematian. Ancaman maksimal 15 tahun penjara," imbuh dia.
Anak Eko Terus Menangis
Eko Prasetio (28) meregang nyawa, usai dengan sengaja motornya ditabrak sedan Mercedes Benz AD 888 QQ yang dikemudikan Iwan Adranacus (40) di Jalan KS Tubun, tepatnya di samping Mapolresta Solo, Rabu (22/8) siang.
Iwan Adranacus adalah seorang pengusaha cat di Solo. Iwan dengan sengaja menabrakkan mobilnya ke motor Eko lantaran emosi. Keduanya sebelumnya terlibat perselisihan kecil di jalan raya, akibat mobil Iwan dianggap menghalangi laju kendaraan Eko.
Keluarga pun memiliki firasat akan kehilangan Eko untuk selama-lamanya.
Eko merupakan menantu dari Aiptu Sutardi, seorang anggota Polresta Solo seksi pengawas bag Sumda.
Tribun menemui Sutardi di rumah duka, di kawasan Gremet, Manahan, Banjarsari, Solo, Kamis (23/8) siang. Tampak sejumlah pelayat mendatangi rumah duka tersebut.
Meski terlihat sedih, Sutardi masih bisa tersenyum menyalami para pelayat. Eko sehari-hari bekerja sebagai staf administrasi di RS Karima Utama.
"Ia menikah dengan putri saya pada 2016 lalu. Dan saat ini meninggalkan seorang anak yang masih berusia 9 bulan," jelas dia.
Sambil menitikkan air mata, Sutardi memaparkan, selama menikah dengan anaknya, mereka membangun keluarga kecilnya dengan tinggal di Aspol. Namun, tak jarang mereka tinggal di kawasan Gremet.
Sutardi menceritakan ada satu firasat yang membuat keluarga bertanya-tanya. Selama seminggu sebelum Eko meninggal dunia, anak pasangan tersebut yang bernama Ahnaf Malik sering menangis di malam hari. Selain menangis, Ahnaf juga sering tak dapat tidur meski sudah larut malam.
"Kami bertanya-tanya, ada apa ini. Saya kira cucu saya sakit, maka saya periksakan ke dokter. Tetapi kata dokter, ia tak sakit," jelas dia.
Seminggu kemudian, tepatnya Rabu siang, terjadilah peristiwa nahas tersebut.
Menurut Sutardi, Eko saat itu membeli arang dan kipas untuk membuat sate di rumah. "Ya kecil-kecilan dapat daging kurban untuk sate sama keluarga," katanya.
Meski berat, Sutardi menerima dengan lapang dada kematian menantunya. Ia berharap dan terus mendoakan, menantunya dapat diterima di sisi-Nya.
Sutardi mengatakan hingga kemarin pihak keluarga penabrak menantunya belum ada yang menghubungi.
Jika suatu saat dikontak, Aiptu Sutardi menjelaskan belum bisa menjawab apa-apa. Konsentrasinya masih menguatkan anak dan cucunya terkait kematian Eko.
"Ya memang harus pelan-pelan sekali untuk menjelaskan sekaligus menguatkan," urainya sembari bersedih.
Ada Unsur Kesengajaan
Budi Wicaksono, Kriminolog Universitas Dipengoro (Undip) mengatakan perilaku berlalulintas adalah cerminan diri seseorang.
"Kita bisa lihat perilaku seseorang dari cara dia berlalulintas. Jika dia tertib, menaati rambu-rambu maka dalam kesehariannya orang tersebut juga begitu, dan sebaliknya".
Memang sekarang ini tren pengemudi ugal-ugalan semakin banyak. Kita biasa melihat di traffic light orang melanggar lampu merah, tidak sabar serta tidak menghormati pengemudi lain. Padahal jika ditarik garis besar, tertib tidaknya orang berlalulintas menggambarkan wajah suatu bangsa.
Dalam kasus ini saya melihat adanya unsur kesengajaan. Sebab si pengendara mobil sempat berhenti di kawasan menteri Supeno atau sekitar stadion Manahan. Lalu melaju lagi hingga terjadi tabrakan yang merenggut nyawa pengendara sepeda motor.
Tapi sulit untuk membuktikan pengemudi mobil ini berniat membunuh atau sekedar ingin memberi pelajaran. Bisa saja ia hanya ingin menganiaya atau memberi pelajaran.
Apa pun niatnya, si pengemudi mobil ini tetap bersalah. Sebab ia bertindak main hakim sendiri.
Dia tidak boleh mengadili sendiri, seharusnya melaporkan kejadian tersebut kepada aparat kepolisian dengan tuduhan tindakan tidak menyenangkan karena pengendara motor telah menendang-nendang bagian mobilnya.
Tidak benar juga jika alasan si pengemudi mobil melakukan tindakannya karena berusaha membela diri. Sebab melihat cerita atau kronologi tersebut ia tidak merasa terancam. (ahm/wan)