Dramatis, Awalnya Mahfud MD Jadi Kandidat Ketua ISNU, Ternyata Tak Satupun Dapat Suara
Namun kemudian forum Kongres ISNU menyepakati pemilihan melalui cara aklamasi, dimana Ali Masykur terpilih dalam pleno.
TRIBUNJATENG.COM, BANDUNG - Ali Masykur Musa kembali tepilih kembali sebagai Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) dalam kongres yang berlangsung di Bandung, Sabtu (25/8/2018).
Ali mengalahkan dua nama kandidat lainnya yang maju mencalonkan diri sebagai Ketua ISNU dalam kongres ini yaitu M. Nur Kholis Setiawan dan Mahfud MD.
Baca: Update Klasemen Medali Asian Games 2018, Indonesia 22 Emas Tambah 2 dari Panjat Dinding
Menurut panitia kongres, Lukmanul Hakim, dalam mekanisme pemilihan awalnya dilakukan dengan menjaring usulan dari Pengurus Wilayah (PW) ISNU, dimana terjaring tiga nama yaitu Ali Masykur, Nur Kholis, dan Mahfud.
Kemudian dari tiga nama itu divoting, Ali mampu memperoleh 21 suara PW, sementara Kholis hanya mendapatkan tujuh suara PW.
Ironisnya, Mahfud yang pernah disetujui pernah menjadi bakal calon Wakil Presiden tidak mendapatkan satu pun suara dari peserta kongres.
Baca: Ali Masykur Musa Kembali Terpilih Pimpin Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
Namun kemudian forum Kongres ISNU menyepakati pemilihan melalui cara aklamasi, dimana Ali Masykur terpilih dalam pleno.
"Ali Masykur terpilih dalam pleno secara aklamasi," kata Lukman.
Ketua ISNU Jawa Barat, Dede Rodliyana mengaku heran dengan tidak terpilihnya Mahfud MD bahkan tidak mendapatkan suara sama sekali dalam proses voting awal.
Padahal sebelumnya ada yang mengusulkan nama Mahfud.
“Intinya nggak ada yang milih, awalnya memang ada yang menyebutkan tetapi pada akhirnya tidak ada yang memilih. Tidak tahu juga awalnya ada yang menyebutkan tetapi ternyata tidak ada yang milih, saya juga bingung. Jadi yang mengusulkan dia (Mahfud MD) juga tidak memilih. Kan agak aneh gitu," katanya.
Terpilihnya Ali kembali menjadi Ketua Umum ISNU dengan beberapa catatan. Diantaranya, keduanya harus benar-benar memberikan kontribusi kepada ISNU.
Menurutnya, ISNU sebagai organisasi yang belum lama didirikan memang belum banyak berkiprah untuk ummat.
Namun diharapkan terpilihnya Ali dan Kholis menjadi pimpinan ISNU bisa memberikan kontribusi nyata.
“Secara prestasi ISNU belum bisa diukur secara baik dan objektif, karena memang ISNU masih sangat muda. Sehingga pola pergerakannya tidak seperti Banom-Banom (Badan Otonom NU) yang lain,” paparnya.
Ali Masykur Musa kembali terpilih pimpin Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) periode 2018-2023, usai terpilih pada sidang pleno Kongres ke-II ISNU di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/8/2018).
"Alhamdulillah Konggres ke II PP ISNU berjalan sukses lancar, secara aklamasi menetapkan Ketua Umum PP ISNU 2018-2023 Dr Ali Masykur Musa, M.Si bersama paket dengan Waketum Prof Phil Dr Nurkholis Setiawan, MA," ujar Wakil Ketua Panitia Konggres ISNU, Dr Ahmad Syauqi, SH, M.Hum.
Ketua umum terpilih Ali Masykur Musa mengatakan, terpilihnya kembali ini sebagai amanat dan tanggung jawab moral. Ia pun berkomitmen untuk memperjuangan nahdilyin dan membangun bangsa dan negara.
“Karena aspirasi dan amanat warga nahdliyin itu menjadi prioritas dalam hidup saya,” ucapnya.
Saat ditanyakan tentang arah ISNU untuk lima tahun ke depan, Ketua Umum ISNU terpilih memaparkan akan terus membawa ISNU pada jalurnya, yakni menghimpun kepentingan para intelektual, professional, dan sarjana di lingkungan NU dengan meningkatkan kualitas sumber daya melalui jalur pendidikan.
Setidaknya ada tiga agenda yang diperjungkan ISNU ke depan.
Pertama, memperbanyak sarjana hingga guru besar di lingkungan NU. Kedua, ISNU membentuk jaringan dengan lembaga-lembaga pemerintah dan dunia usaha sehingga anggota-anggotanya bisa mengambil peran dalam dua hal tersebut.
Ketiga, mendorong pemerintah agar menjadikan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai pandangan dalam setiap pengambilan keputusannya, baik dari segi regulasi maupun implementasi kebijakan-kebijakan pembangunan.
"Tiga hal itu yang terpenting untuk memperkokoh peranan ISNU baik yang diperuntukkan kepada warga nahdliyin dan juga kepada bangsa dan negara,” pungkasnya.
(*)