Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ada 8 Jenderal Akan Diculik pada G30S/PKI, Brigjen Ahmad Soekendro Selamat Berkat Soekarno

Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau biasa populer dengan G30S/PKI nyaris berhasil menculik 8 perwira tinggi TNI.

Editor: m nur huda
Tujuh Jenderal yang ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi, yang merupakan korban tragedi G30S/PKI. 

Dekat CIA, Dicurigai Dalang G30SPKI

Lainnya, menarik dukungannya dan tetap dalam kibaran Merah Putih.

Tak hanya dalam lingkup nasional saja kiprah Sukendro. Seiring dengan tugas belajar yang diperolehnya di Amerika Serikat (AS), ia juga sukses menjalin kontak dengan CIA.

Beberapa program kerjasama TNI dan CIA, mampir lewat tangannya.

Sampai-sampai ada anggapan pada masa itu, sosok Sukendro-lah temali utama yang menghubung Nasution dan juga Achmad Yani dengan CIA.

Baca: Hasil Forensik Ungkap Tidak Ada Pencungkilan Mata di Tragedi Penculikan 7 Jenderal

Bahkan dalam salah satu versi skenario Gestok, karena kecerdasan dan lobi baiknya dengan CIA, Sukendro disebut-sebut sebagai salah satu orang yang layak dicurigai sebagai dalang, seperti disebut dalam buku Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto karangan FX. Baskara Tulus Wardaya

Jika di satu sisi dianggap sebagai dalang, sisi lain apa yang membuat Sukendro masuk dalam daftar bidikan PKI?

Sukendro termasuk sosok penting di tubuh militer. Namanya masuk dalam grup jenderal elite yang dekat dengan Nasution maupun Yani.

Belakangan grup ini dikenal sebagai Dewan Jenderal. Anggotanya 25 orang, namun empat motornya adalah Mayjen S Parman, Mayjen MT Haryono, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo, dan Brigjen Sukendro sendiri.

Grup ini aktif melakukan counter politik untuk menandingi dominasi PKI. Nah, vokal Sukendro ini tentu saja membuat PKI geram.

Bagi PKI, perwira intelektual yang satu ini adalah bahaya laten.

Sayangnya, Soekarno meminta Sukendro menjadi anggota delegasi Indonesia untuk peringatan Hari Kelahiran Republik Cina, 1 Oktober 1965.

Selamatlah dia dari korban penculikan.

Selepas peristiwa itu, peran Sukendro mulai tersisih oleh kiprah Ali Moertopo.

Ia tidak bisa membendung jaring-jaring intelijen Ali yang kemudian mempercepat keruntuhan Soekarno.

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved