Gempa Donggala
TURUT BERDUKA, Ribuan Orang Tergulung Tanah Bergerak dan Masih Hilang di Petobo Palu (Video)
Bahkan di Perumnas Balaroa dan Kelurahan Petobo diduga masih ada ratusan bahkan ribuan yang tertimbun tanah bergulung.
TRIBUNJATENG.COM - Dalam gempa dan tsunami di Donggala serta Palu Sulawesi Tengah ada beberapa kejadian yang terdokumentasi video maupun kesaksian warga yang menyedihkan.
Ada tsunami yang menerjang pantai hingga perkampungan, tanah bergerak menggeser dan merobohkan rumah rumah serta pepohonan. Ada juga orang berlarian menyelamatkan diri dikejar air laut yang masuk daratan terdorong tsunami.
Bahkan di Perumnas Balaroa dan Kelurahan Petobo diduga masih ada ratusan bahkan ribuan yang tertimbun tanah bergulung. Sebelumnya didahului air memancar dari dalam bumi sangat kuat. Itu kejadian beberapa saat setelah gempa. Kemudian rumah-rumah ambles ke bawah sedalam kira-kira 20 meter. Lalu tanah bergerak dan menggulung rumah serta penghuninya.
Berdasar kesaksian warga selamat di lokasi tersebut, kejadian sangat mengerikan.
BPBD Kota Palu menyebutkan bahwa kerusakan paling dahsyat pasca-gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018), terjadi di Kelurahan Balaroa dan Kelurahan Petobo.
Menurut BPBD, hampir seluruh rumah dan fasilitas publik di titik itu tertimbun tanah bak ditelan bumi.
Ribuan orang diperkirakan masih tertimbun tanah bersama bangunan di dua lokasi.
"Kami belum identifikasi di Perumnas Balaroa dan Kelurahan Petobo karena lokasinya sangat parah," kata Kepala BPBD Kota Palu Fresly Tampubolon di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018).
Lurah Balaroa, Rahmatsyah, mengatakan, kawasan permukiman ini merupakan salah satu permukiman yang paling parah terdampak gempa.
Dia menjelaskan, ada sekitar 900 kepala keluarga yang tinggal di kawasan ini. Hampir seluruh rumah di perumahan ini hancur dan ambles hingga 20 meter.
Tercatat, lanjut Rahmat, ada sekitar 90 warga yang diketahui tertimbun reruntuhan rumah.
Sementara itu, menurut sejumlah saksi, beberapa detik setelah gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang Palu, terlihat semburan air yang cukup tinggi di kelurahan itu, lalu tiba-tiba permukaan tanah menurun sehingga ikut menarik seluruh benda di atasnya.
Bahkan, beberapa bangunan seperti masjid bergeser jauh sekitar 50 meter dari posisi semula.
"Istri dan anak-anak saya tidak bisa diselamatkan. Saya perkirakan mereka terperangkap dalam rumah lalu digulung tanah," kata Husnan, salah seorang keluarga korban.
Saat kejadian, Husnan sedang berada di kantor, sedangkan istri dan anak-anaknya ada di rumah.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kelurahan Kawatuna. Namun di lokasi itu disertai air sehingga belum memungkinkan disentuh oleh tim penanggulangan bencana.
Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said atau Pasha Ungu mengatakan belum tersentuhnya dua titik bencana terparah itu karena akses yang terputus.
Sigit mengatakan tim penanggulangan bencana memprioritaskan lokasi bencana yang dapat dijangkau cepat. Hingga hari ketiga pascagempa, jumlah korban meninggal dunia disebut telah mencapai 1.203 orang, sedangkan titik pengungsian mencapai 324 lokasi yang diperkirakan mencapai 18 ribu orang. (*)