Gempa Donggala
KISAH Dramatis Andi Warga Tegal di Palu yang Selamat dari Gempa dan Tsunami
KISAH Dramatis Andi Warga Tegal di Palu yang Selamat dari Gempa dan Tsunami tanggal 28 September 2018
Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: iswidodo
Pengelola penginapan meminta seluruh pengunjung termasuk Andi untuk segera keluar dari penginapan.
"Saya sempat sudah keluar saat gempa kecil terjadi, kemudian masuk lagi ngambil tas berisi pakaian. Hanya tas saja. Dompet di meja dan barang-barang lain tak sempat diambil karena sudah panik. Untungnya di tas ada uang Rp 800 ribu," cerita dia.
Beberapa saat sebelum gempa besar mengguncang kemudian disusul tsunami, Andi melihat sejumlah bangunan di sekitar penginapan sudah mulai ambruk.

Sejumlah akses jalan rusak dan aliran listrik ikut padam sehingga suasana kota menjadi gelap gulita.
Jaringan komunikasi juga terputus dan warga berhamburan di jalanan dengan diliputi kepanikan.
"Suasananya panik semua. Yang pakai motor sampai ada yang tabrakan dan jatuh sendiri. Kepala saya juga sempat kena tembok penginapan karena guncangan gempa," kata Nadi.
Andi sendiri tak hanya dicengkeram kepanikan tetapi juga bingung harus berbuat apa atau pergi ke mana untuk menyelamatkan diri.
Akhirnya, dia nekat memberhentikan mobil yang lewat untuk meminta tumpangan.
"Saya nekat nyetop mobil yang lewat di jalan. Yang nolong saya kebetulan orang Donggala. Awalnya mau dibawa ke rumahnya di daerah Loli, Donggala, tapi ternyata dia dapat kabar rumahnya sudah rata kena tsunami," sambungnya.
Setelah tahu kabar tersebut, Andi bersama pemilik mobil itu pergi ke daerah Buluri, Donggala.
Daerah itu merupakan tempat tinggal orang tua sang pemilik mobil yang juga sekaligus pemberi tumpangan bagi Andi.
Di Buluri yang berada di kawasan pesisir Kabupaten Donggala, Andi bersama ribuan warga lainnya mengungsi di perbukitan karena khawatir akan terjadi tsunami susulan.
Wilayah itu termasuk yang terparah diterjang tsunami dengan ketinggian sampai tujuh meter.
Dua hari Andi bersama ribuan pengungsi lainnya berada di Buluri.
Selama dua hari itu, Andi mengaku setiap waktu Maghrib mulai naik ke bukit lagi dan baru turun pagi harinya.