Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Resensi dan Review Novel Orhan Pamuk : The Red Haired Woman

Penikmat sastra tentu tidak asing lagi dengan nama Orhan Pamuk. memukau pembacanya melalui novel The Red Haired Woman

Penulis: Bare Kingkin Kinamu | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/BARE KINGKIN KINAMU
The Red Haired Women karya Orhan Pamuk mengisahkan perubahan perdaban melalui tragedi. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Penikmat sastra tentu tidak asing lagi dengan nama Orhan Pamuk.

Penulis asal Turki yang pernah mendapatkan penghargaan Hadiah Nobel untuk Kesusastraan 2006 ini memukau pembacanya melalui novel The Red Haired Woman, satu di antaranya yakni Teguh Afandi.

Sebagai pereview buku dan penulis, Teguh menjelaskan kepada Tribunjateng.com jika pesan dalam novel The Red Haired Woman terkesan gamblang dan to the point.

"Novel Orhan Pamuk yang satu ini jauh lebih sederhana dibandingkan novel-novel Orhan lainnya. Bahkan terkesan biasa saja, kan Pamuk selalu dikenal dengan bentuk yang rumit. Pesan dari novel ini tapi dapat dan sangat gamblang," jelas Teguh kepada Tribunjateng.com, Jumat (19/10/2018).

Novel dengan tebal 341 halaman tersebut mengisahkan tentang peradaban Turki pada zaman dulu dan Turki zaman modern dengan sebuah tragedi.

Tragedi tersebut diusung oleh para tokoh yang terlibat.

"Di novel itu digambarkan Istanbul yang masih desa dan menjadi maju, di sanalah tragedi bermula," imbuh penjelasan Teguh.

Tokoh utama digambarkan saat masih kecil ingin sekali kuliah. Karena ayahnya telah tiada, ia harus ikut seorang penggali sumur manual bekerja.

Di sinilah Orhan Pamuk mengisahkan turki zaman dulu.

Saat tokoh utama telah dewasa, Orhan Pamuk menggambarkan tragedi di masa lalu yang pernah melibatkan tokoh utama.

"Bisa ditarik lebih lanjut, melepaskan hubungan ayah dan anak, sama saja berusaha lepas dari kekangan sosok 'ayah' Turki di sini berarti pemerintah," imbuh penjelasan Teguh Afandi.

Cerita Orhan Pamuk dalam The Red Haired Woman memiliki makna yang gamplang, yakni adanya kritik terhadap pemerintah dan sosial kehidupan melalui kepribadian para masing-masing tokoh.

Teguh Afandi sempat menjadi editor novel di satu penerbit ternama.

Sebagai editor novel, ia menjelaskan kepada Tribunjateng.com jika novel Orhan Pamuk ini merupakan novel yang rekomen untuk dibaca.

Sebagai penikmat karya Haruki Murakami, Budi Darma, dan Seno Gumira Adjidarma ini Teguh menyampaikan supaya generasi muda semakin mencintai sastra dan buku-buku.

"Sekarang saya aktif di Klub Baca Yogyakarta," jelas Teguh. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved