Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pengunjung Bisa Melihat Keberagaman Wayang Kulit di Museum Ronggowarsito Semarang

Keanekaragaman wayang kulit tersebut mencerminkan keberagaman seni wayang di Jawa Tengah pada khususnya.

Penulis: Bare Kingkin Kinamu | Editor: suharno
TRIBUN JATENG/BARE KINGKIN KINAMU
Berbagai jenis wayang kulit dan wayang golek di Museum Ronggowarsito Semarang. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - "Setiap daerah memiliki gagrag (jenis) wayang kulit sendiri," jelas Dalang Wayang Kulit, Ki Anton Surono kepada Tribunjateng.com, Senin (22/10/2018).

Keberagaman gagrag tersebut bisa dilihat di lantai dua Museum Ronggowarsito.

Ada berbagai jenis wayang kulit yang dipamerkan di Museum yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini.

Ada gagrag Banyumas, Tegal, Surakarta (Solo), dan lainnya.

Gagrak tersebut memiliki dasar filosofi dan sejarah.

"Gagrag Banyumas, misalnya. Muncul tokoh Bawor yang wataknya ndlogdog, lugas, dan berani," imbuh penuturan Ki Anton Surono.

Dalang wayang kulit dan golek ini pernah menjadi Duta Kebudayaan Indonesia.

Anton Surono atau yang lebih akrab disapa dengan Rono ini sudah pentas ke berbagai negara di ASEAN.

"Ya setiap daerah memiliki gagragnya," imbuh Rono.

Baca: Jejak Budaya Jawa di Museum Ronggowarsito

Berikut ini gagrag wayang kulit dari berbagai daerah di Jawa Tengah yang dipamerkan di Museum Ronggowarsito:

1. Solo

"Di Solo terkenal dengan tokoh Bagong," jelas Rono.

Karakter wayang tak lepas dari kekhasan masing-masing daerah dan komunitas yang menjalankan seni ini.

Di Solo juga ada tokoh Ontorejo.

2. Banyumas

Di Banyumas terkenal dengan tokoh Bawor yang memiliki watak Berani.

"Di Banyumas memiliki tokoh Ontoseno," jelasnya.

3. Tegal

"Di Tegal memiliki tokoh Grubug," jelas Rono.

4. Blora

Di Blora masyarakatnya memiliki kekhasan yang unik dan erat kaitannya dengan Saminisme.

Keanekaragaman wayang kulit tersebut mencerminkan keberagaman seni wayang di Jawa Tengah pada khususnya.

Sebagai seniman yang masih aktif pentas, Anton Surono mengungkapkan tentang geliat seni wayang masa kini.

"Tantangan terberat sekarang ini sebagai dalang adalah persepsi masyarakat dalam menonton, bukan siapa yang mementaskan tapi apa mestinya yang ditonton?" tutur Rono.

Rono sempat memerhatikan penikmat seni yang ada di Cina tentang wayang Thailand.

"Meski di sana penontonnya muda-muda namun mereka sangat menghayati," jelas Anton Surono.

Ia ingin para dalang memiliki pengrawit yang setia, cerdas, serta mempunyai endurence yang tinggi terhadap latihan.

Mengenai jenis wayang, Anton Surono menjelaskan lebih lanjut jika ada beberapa daerah yang tidak memiliki jenis khusus (gagrag).

"Gagragnya Narto Sabdoan, wayang sama seperti Solo. Pedalangannya lebih akomodatif, gendingnya kreatif. Jadi gak punya gagrak Wayang khusus," jelas Anton Surono.

Darah seni telah mengalir pada pria kelahiran 56 tahun silam ini, Ayahandanya juga seorang Dalang Wayang Kulit.

"Saya memutuskan menjadi Dalang karena ada satu wasiat Bapak yang sangat dalam tentang hidup. Dalang kalau laku uangnya lumayan, banyak tantangan keilmuan, dapat mengekspresikan pikiran individu atau kelompok," jelasnya.

Bagi Anton Surono menjadi dalang wayang kulit merupakan ventilasi kehidupan.

Bisa mengisahkan isu-isu terkini melalui lakon yang dipilih.

Saat Tribunjateng.com bertanya terkait lakon apa yang menjadi favoritnya saat ini, Anton Surono menjawab Sengkuni.

"Semarang saya suka memainkan lakon Sengkuni Sang Pencipta Hoax (Gandamana Luweng). Kenapa Sengkuni? Yaah banyak Sengkuni sekarang," jawab Anton Surono penuh canda.

Anton Surono pernah pentas hingga Vietnam di tahun 2010.

Bagi Anda yang penasaran dengan jenis-jenis wayang yang ada di Jawa Tengah, Museum Ronggowarsito di Jalan Abdul Rahman Saleh No.1 adalah jawabannya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved