Sindir Jokowi, Fahri Hamzah: Bebas untuk Tidak Setuju dengan Pemerintah
Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menyindir pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal negara paling bahagia.
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
Itulah rahasia mengapa Tuhan memulai menyapa manusia dengan perangkat yang selanjutnya dapat menyebabkannya mengatasi segala kelemahan manusia; ilmu. Ilmu membuat kita memiliki kebebasan memilih yang membuat kita bahagia dengan apapun akibatnya. #ArahBaru2019.
Sekarang, coba kita lihat bagaimana cara kerja sebaliknya.
Kembali kepada soal kebahagiaan, bagaimana cara ia hilang dari organisasi kita, mulai dari Keluarga, ormas, parpol, bahkan negara. Apa yang hilang terlebih dahulu sebelum kebahagiaan hilang? Mari kita telisik. #ArahBaru2019.
Di awal, kita telah temukan bahwa kebahagiaan itu adalah akibat dari kebebasan memilih dan itu dimungkinkan oleh adanya ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya Tuhan memberi kita perangkat berupa kata-kata dan membaca sebagai tugas pertama. #ArahBaru2019.
Maka, jika kebahagiaan dalam organisasi itu mulai hilang pasti awalnya karena hilangnya kebebasan memilih. Dan kebebasan hilang disebabkan oleh hilangnya ilmu. Hilangnya ilmu karena kita tidak lagi membaca sebagai cara menuju ilmu. Coba perhatikan. #ArahBaru2019.
Beberapa waktu yang lalu, presiden @jokowi mengatakan bahwa Indonesia negara paling bahagia, meski bukan yang “paling” tapi memang kita memang bahagia karena ada kebebasan. Termasuk kebebasan untuk tidak setuju dengan pemerintah kita. Itu bikin bahagia. #ArahBaru2019.
Sekali lagi, kebahagiaan kita bersumber dari kebebasan kita dan kebebasan hanya mungkin lahir jika kita memiliki ilmu dari membaca dan belajar menguasai persoalan. Ini rumus dalam semua organisasi sejak keluarga sampai negara. #ArahBaru2019.
Sistematika ini harus dijaga sebab bisa muncul tesis lain seolah kebahagiaan bisa didapatkan dalam belenggu atau yg beranggapan bahwa kebebasan itu adalah akibat dari tidak adanya aturan. Dalam transisi kita menemukan banyak salah kaprah yang fatal. #ArahBaru2019," tulisnya.
Diketahui sebelumnya, Jokowi di sela rangkaian pertemuan tahunan IMF-World Bank Tahun 2018 di Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018) menyampaikan bahwa Indonesia menjadi negara paling bahagia ke-8 di dunia.
Dilansir dari situs presidenri.go.id, Jokowi memberikan pandangan terkait predikat tersebut.
Kami di Indonesia mungkin dapat berbagi beberapa pandangan kepada seluruh dunia.
Baca: Semarang Diprediksi Tenggelam 2019, Hendi Tunjukkan Data Wilayah Rawan Banjir Berkurang
Baca: Inspektorat Temukan Kerugian Negara Akibat Penyalahgunaan Dana Desa Purwogondo Boja Kendal
Baca: Kelurahan Tegalgede Karanganyar 100 Persen Bebas dari BAB Sembarangan
Baca: September, Toyota Kuasai 32% Pasar
Sebuah survei tahun lalu oleh organisasi Gallup International dan dipublikasikan pada awal tahun ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-8 masyarakat paling bahagia di dunia,” sambung Jokowi yang dilansir dari Tribunnews.com.
Jokowi mengatakan, bangsanya bukanlah orang yang paling kaya dan maju.
"Mungkin kami bukanlah yang paling kaya, mungkin kami bukanlah yang paling maju, namun ternyata kami termasuk orang-orang yang paling bahagia di dunia,” tutur Jokowi.
Lanjutnya Jokowi menuturkan pada peserta yang hadir agar mencari tahu kebahagiaan dengan berjalan-jalan di Indonesia.
“Inilah pekerjaan rumah yang harus Anda cari tahu dan kerjakan minggu ini selama berada di Indonesia.
Mungkin Anda dapat berjalan-jalan ke beberapa tempat di Indonesia dan menghabiskan uang dollar Anda sebagai turis untuk mencari tahu,” sambungnya.
Jokowi menyarankan, agar para hadirin mencoba mendengarkan musik dangdut Indonesia.(TribunJateng.com/Woro Seto)