Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Black Friday dan Cyber Monday Setelah Pesta Belanja Single Day

Black Fiday identik dengan bulan November ibarat surga belanja, tak habis-habisnya memberi kejutan bagi para pemburu barang-barang diskon.

Michael Nagle untuk Bloomberg
Black Friday di Amerika Serikat 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Black Fiday identik dengan bulan November ibarat surga belanja, tak habis-habisnya memberi kejutan bagi para pemburu barang-barang diskon.

Setelah festival belanja 11.11 atau yang lebih dikenal dengan Single's Day berakhir, berganti dengan Black Fiday yang jatuh pada hari ini, Jumat (23/11/2018).

Pesta belanja Black Friday sudah menjadi tradisi tahunan yang digelar sehari setelah perayaan Thanksgiving.

Di belahan dunia lain, momentum tersebut biasanya dimanfaatkan untuk berbelanja barang-barang keperluan Natal dengan harga miring.

Toko ternama seperti Amazon, Walmart, Best Buy, dan lainnya jadi langganan turut meramaikan festival belanja besar-besaran itu di Amerika.

Sebagaimana dikutip dari blackfriday.com, sebagian besar pekerja memilih libur di hari belanja tersebut, kecuali yang bekerja di ritel.

Baca: MEMILUKAN! Pernikahan Dini Berujung Petaka, Gadis dii Bawah Umur Ini Tewas Dianiaya Suaminya

Nama Black Friday memiliki makna yang multi tafsir. Dalam artian non-ritel, itu menggambarkan krisis keuangan tahun 1869 di mana terjadi malapetaka pasar saham yang dimulai dengan pemerhati emas yang mencoba dan gagal menyudutkan pasar emas.

Hal ini menyebabkan pasar ambruk dan saham jatuh. Sementara dalam artian ritel, istilah Black Friday yang diciptakan tahun 1960 menandai mulainyamusim belanja Natal.

"Hitam" mengacu pada toko yang bergerak dari "merah" ke "hitam," sebagaimana catatan akuntansi di mana tinta merah menunjukkan kerugian, dan laba ditunjukkan dengan tinta hitam.

Mengapa Black Friday menjadi populer? Seiring dengan pengecer yang mulai menyadari bahwa mereka dapat menarik banyak orang dengan diskon harga, Black Friday dijadikan sebagai hari untuk berbelanja.

Bahkan lebih baik daripada penjualan jelang Natal di menit-menit terakhir. Beberapa pengecer menaruh barang mereka untuk dijual pada hari Thanksgiving atau mengirim email khusus ke konsumen sebelum hari H.

Barang yang paling banyak dibeli adalah barang elektronik dan mainan populer, karena barang-barang ini berani memberi potongan harga yang paling drastis.

Black Friday menjadi hari yang panjang karena banyak pengecer yang buka mulai pukul 05.00 pagi, bahkan ada beberapa yang buka pada sore hari Thanksgiving.

Sebagian besar pengecer memasang pemindaian, kupon, dan penawaran iklan Black Friday mereka secara online sebelumnya untuk memberi waktu kepada konsumen untuk mencari tahu tentang penjualan dan merencanakan pembelian mereka.

Ada juga perusahaan yang mengambil pendekatan yang berbeda, yakni menunggu hingga saat terakhir yang memungkinkan untuk merilis iklan Black Friday mereka dengan harapan pelanggan tetap antusias berkali-kali mengecek pengumumannya.

Saat ini, semakin banyak konsumen yang memilih berbelanja online ketimbang menunggu toko buka di tengah cuaca dingin di pagi hari.

Belum lagi harus berebut barang di toko tersebut yang bisa menimbulkan chaos. Tak jarang pembeli pulang dengan yangan kosong karena barang-barang yang diinginkan terjual dengan cepat.

Dengan berbelanja online, Anda bisa segera tahu apakah barang incaran Anda masih tersedia atau stoknya habis.

Selain itu juga memudahkan untuk segera berpindah ke toko lain dan mencari ketersediaan barang. Selain itu juga banyak pengecer online yang melakukan penjualan sebelum hari Black Friday sehingga tidak perlu menunggu sampai hari besar menghabiskan uang Anda.

Cyber Monday

Di samping Black Friday, jangan lupakan keberadaan Cyber Monday. Sesuai namanya, pesta belanja itu digelar pada hari Senin (26/11/2018).

Sebenarnya sama dengan Black Friday, hanya saja Cyber Monday dikhususkan untuk penjualan online. Bisa dibilang Cyber Monday menjadi kelanjutan demam belanja Black Friday, yang mana sebagian pekerja sudah menerima gaji bulanan mereka.

Pesta belanja ini mulanya booming di Amerika, tapi kini mulai merambah Eropa hingga Australia. Dalam beberapa tahun terakhir, e-commerce Indonesia juga turut berpartisipasi dalam Black Friday maupun Cyber Monday. Istilah ini dicetuskan Federasi Ritel Nasional dan dipopulerkan oleh Shop.org pada 2005.

Riset menunjukkan bahwa hari Senin setelah Thanksgiving merupakan hari populer untuk berbelanja online. Sama seperti Black Friday, di Cyber Monday, e-commerce berlomba menawarkan promo untuk konsumen. Nah sudah siap-siap belanja lagi?

Black Friday di Tengah Ancaman Perang Dagang

Harga murah yang ditawarkan dalam Black Friday sebagai festival belanja Amerika Serikat dikhawatirkan bakal terpengaruh oleh perang dagang Presiden Donald Trump dengan China.

Faktanya, masyarakat Amerika Serikat sudah memulai belanja liburan mereka minggu ini kemungkinan masih akan berbelanja beberapa item yang sudah dikenakan tarif Trump.

Walaupun tarif mulai berlaku pada akhir September, melansir dari CNN, Jumat (23/11/2018) bahwa harga kemungkinan tidak akan naik tahun ini.

Presiden Asosiasi Pakaian dan Alas Kaki Amerika Rick Helfenbein mengatakan, importir AS sudah membayar barang-barang tersebut dan untungnya sebagian besar barang yang dipesan untuk Black Friday sudah dihargai sebelum tarif impor berlaku.

Berdasarkan kebijakn Trump tersebut, barang-barang seperti tas, parfum, dompet, topi dan mantel bulu merupakan produk yang termasuk dalam 5.700 produksi China yang dikenakan tarif 10 persen.

Tak luput juga barang-barang keperluan olahraga termasuk ski mittens, sepeda, sarung tangan baseball dan tas golf.

Baca: Mojang Karawang : Heboh Video Wik Wik Wik Ahh Siswi SMA Karawang Berakhir Petaka, Ini Faktanya

"Pembeli mungkin selamat musim ini, tetapi mereka akan membayar lebih harga barang untuk belanja musim semi," sebut Rick. Tahun depan bisa sangat berbeda jika Trump dan Presiden China Xi Jinping gagal mencapai kesepakatan perdagangan sebelum akhir tahun, ketika Trump mengatakan dia akan menaikkan tarif 10 persen menjadi 25 persen.

"Setelah mencapai angka 25 persen itu, saat itulah baru akan melihat kenaikan harga lebih untuk konsumen," kata Christopher Shaker, seorang analis dan mitra produk konsumen di RSM, sebuah perusahaan audit, pajak, dan konsultasi untuk pasar menengah perusahaan.

Sebagai informasi, Trump dijadwalkan bertemu dengan Xi minggu depan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Argentina untuk membahas perdagangan. Namun, sayangnya kesepakatan ini masih jauh dari kepastian.

Awal pekan ini, perunding dari China membatalkan pertemuan awal dengan AS menjelang KTT. Pada hari Selasa, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer meningkatkan tekanan pada China lebih jauh dengan merilis laporan terbaru yang menunjukkan bahwa Beijing baru melakukan sedikit perbaikan terhadap praktik tidak adil perdagangan.

Administrasi Trump juga menjadikannya prioritas untuk secara agresif mengejar China karena terlibat dalam pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa. Sebelum mengenakan tarif barang senilai 200 miliar dollar AS pada bulan September, Trump menetapkan pajak atas barang-barang China senilai 50 miliar dollar AS tetapi putaran sebelumnya tidak termasuk banyak barang konsumsi.

China telah membalas dengan tarif 110 miliar dollar AS dalam produk AS dan kemungkinan akan merespons dengan lebih banyak jika AS melanjutkan kenaikan pada bulan Januari. Bisnis dan pembuat undang-undang AS di kedua sisi lorong sepakat bahwa masalah perdagangan China harus ditangani , tetapi tidak semua orang percaya bahwa sanksi tarif adalah cara yang benar.

Beberapa produsen dan pengecer mengatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dan harga yang lebih tinggi bagi konsumen. Trump juga sempat menyarankan, ia dapat bergerak dengan memaksakan putaran tarif lain pada tambahan 267 milyar dollar AS barang jika tidak ada kesepakatan yang bisa dicapai, secara efektif mencakup semua ekspor China ke AS.

Langkah itu akan membebani lebih banyak barang konsumsi yang berasal dari China, termasuk televisi, jam tangan Apple, Pod Udara, dan Fitbits. Sejauh ini, jumlah yang relatif kecil barang-barang pakaian dari China telah terpukul karena tarif, tetapi tahap baru nanti akan menjadi semakin signifikan.

Secara total, Amerika Serikat menerima 41 persen impor pakaiannya dari China, 80 persen aksesori, dan 73 persen alas kaki. "Hampir terjadi tahun ini dan munkin tahun depan adalah dua dunia yang berbeda," kata Rick. Video Pilihan Tiongkok Buka Negosiasi Perang Dagang

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Usai Pesta Belanja Single Day, Kini Giliran Black Friday dan Cyber Monday"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved