PN Pandit Ceritakan Kisahnya Mendekati Suku Sentinel, Kepalanya Nyaris Dipotong
John Chau mendatangi pulau Sentinel Utara di Samudra Hindia untuk menemui warga suku terasing tersebut sekaligus melakukan kegiatan misionaris
Karena orang-orang Sentinel itu sepenuhnya terisolasi dari dunia luar -selama puluhan ribu tahun- maka cenderung tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit seperti flu dan campak.
Karenanya mereka beresiko terpapar penyakit yang dibawa orang luar, yang sedikit saja bisa berakibat mematikan bagi mereka.
Itu sebabnya, kata Pandit, setiap anggota tim ekspedisinya harus mengikuti prosedur ketat agar tidak menularkan penyakit menular. Hanya mereka yang sangat sehat yang diizinkan melakukan perjalanan ke Sentinel Utara.
Adapun warga Amerika Serikat John Allen Chau yang terbunuh pada minggu lalu, menurut para pejabat India, tidak mengantongi izin resmi saat melakukan perjalanan itu.
Dia malah dikatakan menyuap nelayan lokal sebesar 25.000 rupee (sekitar Rp 5 juta) untuk membawanya ke pulau tersebut secara ilegal dengan harapan dapat mengkristenkan suku terasing itu.
Saat ini sedang diupayakan untuk mencoba dan mengevakuasi jasad warga AS itu. Menurut Pandit, hal itu mungkin dilakukan jika dilakukan pendekatan khusus oleh otoritas India, kendati sebagian kalangan lain menganggapnya tidak mungkin.
Walaupun pengalamannya melakukan pertukaran dengan orang-orang Sentinel diwarnai ketegangan, Pandit tegas menolak pelabelan terhadap orang Sentinel sebagai warga yang bersikap bermusuhan.
"Itu cara yang salah dalam melihatnya. Justru kita adalah penjajah di sini," katanya kepada Indian Express. "Kita adalah orang-orang yang mencoba memasuki wilayah mereka."
"Orang-orang Sentinel adalah orang-orang yang cinta damai. Mereka tidak berusaha menyerang orang. Mereka tidak mendatangi daerah-daerah sekitar, dan menimbulkan masalah. Ini adalah insiden langka," katanya kepada BBC.
Pandit mengatakan ia mendukung dilakukannya lagi upaya pendekatan yang ramah dengan suku tersebut, tetapi menandaskan mereka tidak boleh diganggu.
"Kita harus menghormati keinginan mereka untuk dibiarkan hidup sendiri," katanya.(*)
Artikel ini sudah tayang di BBC Indonesia dengan judul Kisah antropolog yang berhasil 'bertemu' suku terasing yang membunuh pemuda misionaris Amerika