Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Letusan Gunung Krakatau 1883 Setara dengan 21 Ribu Bom Atom, Lebih dari 36 Ribu Nyawa Jadi Tumbal,

Gunung Anak Krakatau kembali menjadi sorotan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya tsunami Banten pada Sabtu (22/12) kemarin.

Editor: galih permadi
Gunung Krakatau meletus 

Dari Lapangan Raja (Merdeka, Red.) dan Lapangan Singa (Banteng, Red) terlihat kilatan-kilatan seperti halilintar di ufuk barat, bukan dari atas ke bawah, tetapi dari bawah ke atas.

Waktu hari berangsur gelap, di kaki langit sebelah barat masih terlihat pijaran cahaya.

Sudah menjadi kebiasaan bahwa tiap hari pukul delapan tepat di benteng (Frederik Hendrik, sekarang Masjid Istiqlal, Red) ditembakkan meriam sebagai isyarat, disusul oleh tanda terompet yang mewajibkan semua prajurit masuk tangsi.

Para penabuh genderang dan peniup terompet batalyon itu sudah siap pada pukul delapan kurang seperempat.

Mereka masih merokok santai sebelum mereka berbaris untuk memberikan isyarat itu. Tiba-tiba terdengar tembakan meriam menggelegar, jauh lebih dini daripada biasanya.

Mereka segera berkumpul membentuk barisan dan setelah terompet dibunyikan, mereka berbaris sambil membunyikan genderang dan meniup terompet.

Baru saja mereka mencapai asrama ketika meriam yang sungguh-sungguh menggelegar dari dalam benteng Gunung Krakatau ternyata mengecoh mereka!

Hujan deras batu apung di Teluk Betung

Anyer dilanda gelombang pasang pada Senin pagi, tanggal 27, sekitar pukul sepuluh pagi.

Gelombang ini menyapu bersih pemukiman di tepi pantai itu, sehingga yang tinggal hanyalah benteng, penjara, kediaman patih dan wedana.

Dataran sekitar Anyer, yang di belakang tempat itu lebarnya kurang lebih 1 km seakan-akan dicukur gundul; di dekat pantai bongkahan-bongkahan karang dilemparkan ke darat.

Juga Caringin yang berpenduduk padat hancur luluh; letaknya di dataran yang lebarnya sekitar 1.500 m, disusul oleh bukit-bukit yang tingginya antara 20 sampai 50 m, tempat sejumlah kecil penduduknya menyelamatkan diri.

Bukan hanya di darat, tetapi juga di laut lepas Krakatau menteror kapal-kapal yang kebetulan berlayar di dekatnya.

Penumpang kapal yang melayari Selat Sunda pada hari naas itu tidak dapat melupakan pengalaman dan ketakutan mereka selama hidupnya.

Kapal api Gouverneur Generaal London, dengan nakhoda Lindeman, sebuah kapal NederlandIndische Stoomvaartsmaatschappij (pendahulu KPM - Red.) berlayar dari Batavia ke Padang dan Aceh dengan menyinggahi Teluk Betung, Krui dan Bengkulu.

Sumber: Grid.ID
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved