Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ifan Seventeen Temukan Kotak Hitam Saat Terombang-ambing di Tengah Laut Selama 2 Jam

Berada di tengah laut selama 2 jam, sebuah kotak hitam menyelamatkan Ifan Seventeen dalam tragedi Tsunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu (23/12/2018).

Penulis: Puspita Dewi | Editor: abduh imanulhaq
Instagram/Ifanseventeen
Berada di tengah laut selama 2 jam, sebuah kotak hitam menyelamatkan Ifan Seventeen dalam tragedi Tsunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu (23/12/2018) 

TRIBUNJATENG.COM- Tsunami Selat Sunda yang menerjang pesisir pantai Banten dan Lampung pada Sabtu (23/12/2018) menyisakan banyak cerita.

Grup Band Seventeen yang tengah melangsungkan konser di Tanjung Lesung Beach Resort Banten atau sekitar Pantai Carita turut menjadi korban Tsunami Banten.

Akibat peristiwa tersebut, Bassis, Gitaris dan Drummer Seventeen meninggal dunia. Ketiganya adalah Awal Bani Purbani, Herman Sikumbang dan Andi Seventeen.

Sementara yang berhasil ditemukan selamat hanyalah sang vokalis, Ifan Seventeen.

Ifan menceritakan, dirinya sempat terombang-ambing di tengah laut selama 2 jam.

Ia terseret ombak sejauh 1 Kilometer dari tempat Seventeen konser.

Sebuah kotak hitam yang mengapung menjadi penyelamat Ifan. Kotak tersebut setengah tenggelam dan setengah mengapung.

Ifan lantas segera menggapai kotak tersebut.

"Sebenernya Allah mengirimkan tiga penyelamat waktu bencana kemarin.
Yang pertama, kotak hitam ditengah yang Allah kirimkan sebagai penyambung nyawaku saat aku terkatung2 ditengah laut selama 2 jam, dengan jarak hampir 1km dari bibir pantai bersama 3 orang lainnya.

Walaupun sudah setengah mengapung, tapi masih mampu menjadi sandaran jari-jari kami saat kami benar2 kelelahan dan kehabisan nafas," tulis Ifan Seventeen dalam laman Instagramnya, Jumat (28/12/2018).

Selain kehilangan tiga personil band, Ifan Seventeen juga harus kehilangan sang istri tercinta, Dylan Sahara.

Saat kejadian, Dylan Sahara duduk di samping Cynthia Wijaya, istri dari Saudara kembar Ifan Seventeen, Riedhan Fajarsyah.

Dylan, Cynthia, Riedhan beserta buah hatinya tengah menonton konser Seventeen.

Tak dinyana, tsunami datang. Saat tsunami datang, mereka semua berlari bersama.

Namun naasnya, Dylan tiba-tiba hilang.

"Dek, kita kan sebelahan duduknya. Tadinya aku pikir dan berharap kita kan larinya bareng-bareng, harusnya kita selamatnya juga bareng-. Tapi Allah punya rencana yang lain untuk kamu," tulis Cynthia melalui story Instagramnya, Selasa (25/12/2018).

Dalam tragedi tersebut, keluarga kecil Riedhan selamat.

Lima belas menit sebelum kejadian, Saudara kembar Ifan Seventeen itu sudah memiliki firasat.

Satu jam sebelum peristiwa, Riedhan pergi ke tepian dan memandang laut.

Ia sudah memikirkan soal tsunami, bahkan ia juga sempat membuka peta. Riedhan ingin mengetahui posisi pasti dirinya berada.

"Satu jam sebelum kejadian, saya sempat lihat ke laut. Lalu buka peta. Oh ini di selat Sunda berarti kalau Tsunami ini Selat Sunda," ungkapnya dalam program tayangan Selebrita Pagi Trans 7, Selasa (25/12/2018).

Riedhan lantas berjalan menuju panggung untuk menyaksikan saudara kembarnya itu bernyanyi.

Pada saat itu, Riedhan kembali mengandai-andai. Ia tiba-tiba saja melihat posisi istrinya, Cynthia Wijaya, posisi sang anak, Dylan Sahara, juga saudara kembarnya Ifan Seventeen.

Riedhan sudah memperkirakan jika tsunami terjadi, ia akan bawa lari anaknya ke posisi yang telah ia incar.

Terus saya mengkhayal, kalau ada tsunami saya lihat posisi anak saya, posisi istri saya, saya lihat posisi Ifan, Dylan. Oh saya akan lari ke sini, bawa anak ke sini.

Pas lagi berfikir begitu, saya ditegur sama istri saya, "mikirin apa". Ternyata 15 menit setelah itu benar kejadian," ceritanya.

Tsunami datang di saat Seventeen bawakan lagu keduanya.

Tsunami Selat Sunda, Sabtu 23 Oktober 2018

Tsunami di Selat Sunda yang menerjang pesisir pantai Banten dan Lampung, Sabtu (23/12/2018) ternyata diawali surutnya air laut.

Seorang saksi mata yang merupakan warga setempat, Kamila Aprianti (18), menyebut pantai di belakang Hotel Marina Anyer sempat surut sekitar pukul 19.00 WIB.

"Ombak dari sore sudah besar, tapi pas jam 7 malam itu sempat menghilang dan air laut surut banget, saya sih belum berpikir macam-macam saat itu," cerita Kamila kepada Kompas.com, Minggu (23/12/2018) dini hari.

Namun, selang 10 menit kemudian, ombak besar datang, mengempas ke darat dan diikuti oleh air laut yang terus naik hingga ke pekarangan hotel.

Kamila yang saat itu tengah bersama belasan temannya di hotel berhamburan keluar bersama pengunjung hotel lain.

"Saya lihat di jalan sudah ramai sekali warga dan wisatawan lain, ada teriakan tsunami-tsunami, semua panik, jalan raya sudah tergenang air setinggi tumit saya, banyak yang berlarian dan bawa kendaraan masing-masing menuju arah bukit," kata dia.

Kamila yang juga merupakan warga setempat, memilih untuk menyelamatkan diri ke rumahnya, di Kampung Kosambi, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, yang berada sekitar 500 meter dari hotel.

Menurut penuturannya, air laut mulai surut dari daratan sekitar pukul 24.00 WIB.

Namun warga belum berani untuk kembali ke arah pantai karena khawatir terjadi gelombang susulan.

"Apalagi sekarang tengah hujan deras, kami para perempuan tetap terjaga di dalam rumah, sementara pemuda dan bapak-bapak ronda di halaman depan," tutup dia. (Tribunjateng/jen)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved