Cerita Sosok Penjaga Pos Pengamat Gunung Anak Krakatau, Ternyata Ada Yang Unik
Ketua Tim Tanggap Darurat di Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Kushendratno mengaku mendapatkan pengalaman yang berkesan
Relatif sangat kecil. Hari ini boleh dibilang, hari pertama penurunan aktivitas Anak Krakatau dan landai. Kalaupun ada gelombang laut, tidak akan setinggi tsunami kemarin. Yang terkena dampak paling hanya lokasi di sekitar gunung saja.
Apakah dalam melaksanakan tugas pengamatan harus dilakukan selama 24 jam setiap harinya?
Saya dibantu tiga orang pengamat gunung bekerja secara bergantian. Saya juga biasa tidur jam 12 malam, minimal itu jam 11 malam. Kemarin ini lagi sibuk-sibuknya, saya bisa tidur jam 2 pagi. Jadi, kalau jam 12 malam itu, aktivitas di sini masih ramai lah.
Sebenarnya aktivitas seperti apa yang membuat status Gunung Anak Krakatau meningkat dari level Waspada ke Siaga?
Kalau dilihat dari Seismograf, letusan menurun tetapi ada tambahan potensi bahaya. Tadinya hanya abu vulkanik, sekarang ada lava pijar dan awan panas yang keluar. Kecepatan bisa 200 Kilometer per jam. Takutnya nanti ada nelayan yang mancing dan terkena awan, jadi kami naikkan statusnya dan diperluas jarak amannya.
Apa para warga dan nelayan mengikuti imbauan atas peningkatan status tersebut?
Biasanya mereka mengikuti ya. Mereka takut sama bunyi letusan Anak Krakatau. Mereka juga awam juga, jadi mereka ikut yang kami informasikan. Jarak 5 Kilometer sudah tidak boleh lagi ada aktivitas warga.
Dengan masih adanya aktivitas Gunung Anak Krakatau, para pengamat di pos belum bisa mengajukan cuti?
Itu penugasan saja lah. Nanti pimpinan kantor juga akan bilang, 'Kemarin kan sudah Pak Kus dikorbankan'. Kalau nanti saya lagi-saya lagi, saya yang nanya ke kantor. Hehehe. (*)