Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Sebelum Jalan Ditutup di Wonosobo, Pendukung Calon Kades Rejosari Tuntut Pemilihan Ulang

Pemblokiran itu dilakukan dengan cara menutup jalan dengan pagar tembok, buntut polemik Pilkades yang berlangsung Desember 2018 lalu.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
Istimewa
Penutupan jalan altenatif penghubung desa Rejosari Kalikajar dan desa Sindupaten Kertek Wonosono karena polemik Pilkades. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Masyarakat Kabupaten Wonosobo dihebohkan dengan berita penutupan jalan atau pemblokiran jalan alternatif yang menghubungkan Desa Rejosari Kecamatan Kalikajar, dengan Desa Sindupaten, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.

Masalahnya, pemblokiran itu dilakukan dengan cara menutup jalan menggunakan pagar tembok.

Tak hanya itu, bagian atas tembok setinggi sekitar dua meter itu bahkan ditanami pecahan kaca layaknya pagar berpengamanan tinggi.

Sehingga, bahaya bagi warga jika nekat melompat.

Kejadian itupun cepat viral ketika diunggah di dunia maya.

Publik pun banyak bertanya, apa yang melatarbelakangi penutupan akses jalan yang menyangkut kepentingan umum itu.

Usut punya usut, pemblokiran jalan itu rupanya buntut dari polemik Pilkades yang berlangsung minggu kedua Desember 2018 lalu.

Heboh Penutupan Jalan di Wonosobo Setelah Pilkades, Warga Tutup Pakai Tembok Beton

Hasil perhitungan suara yang memenangkan salah satu calon kepala desa itu rupanya tak memuaskan calon lain yang kalah.

Desa pun sempat bergejolak karena hasil Pilkades yang dianggap tak memuaskan oleh pihak calon tertentu.

Ujungnya, massa pendukung calon menggelar aksi demonstrasi untuk mempermasalahkan hasil Pilkades.

Saat itu, jalan belum ditutup dengan beton.

Polres Wonosobo sampai mengerahkan sejumlah anggotanya untuk menjamin keamanan selama aksi berlangsung.

"Waktu habis pemilihan, pendukung campur, demo, kami yang mengamankan," kata Paur Subbag Polres Wonosono Ipda Heni Himawan kepada Tribunjateng.com, Sabtu (5/1/2018).

Dalam aksi itu, mereka yang kecewa terhadap hasil Pilkades itu menuntut agar pemerintah menyelenggarakan Pilkades ulang.

Mereka mempermasalahkan adanya dugaan politik uang (money politics) dalam proses penyelenggaraan Pilkades tersebut.

Tuntutan itu tak serta merta dipenuhi Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Alasannya, kata Himawan, tidak ada regulasi yang melegitimasi pemilihan ulang Pilkades sesuai tuntutan warga.

Hasil perhitungan suara yang memenangkan satu di antara calon itu pun tetap dianggap sah.

Kekecewaan itu semakin dalam.

Pihak yang diduga tak terima atas hasil Pilkades itu lantas melampiaskan kekecewaannya dengan cara tak wajar.

Jalan yang menghubungkan desa Rejosari Kecamatan Kalikajar dan Desa Sindupaten Kertek Wonosobo itu ditutup menggunakan bangunan permanen (beton).

Masyarakat pun tak lagi bisa mengakses jalan itu sehingga harus memutar melalui jalan lain yang lebih jauh.

Usut punya usut, jalan yang ditutup itu berada di atas lahan pribadi milik keluarga Soim, Calon Kades tidak terpilih pada Pilkades Rejosari.

Karena berada di lahan pribadi, usaha untuk membuka kembali akses jalan itu untuk kepentingan umum tentu saja akan lebih alot.

"Kami bersama pihak kecamatan dan pemerintah desa tetap akan melakukan pendekatan-pendekatan," katanya.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved